Hai, Deers ... jumpa lagi dengan Bisma n Kirana. Ada yang menanti? 🤔 Kuy, berikan jejak cintanya😘
💕💕💕
Bisma mengurai pelukan setelah Kirana menumpahkan air matanya. Dia memutar tubuh dan mengangkat dagu sang istri.
"Kok nangis?" Alis kiri Bisma terangkat. Dia sedikit membungkuk, mengikis jarak wajah di antara mereka.
Kepala yang mendongak membuat pandangan mereka bersirobok.
"Kenapa baik sama aku?" Suara Kirana bergetar.
Bisma mengernyit. "Apa salah baik sama istri sendiri?"
Kirana menggeleng berulang. Dia memang istri Bisma. Segala perhatian Bisma memang sudah selayaknya dicurahkan pada Kirana. Tapi justru semua perlakuan sang suami membuat beban yang mengimpit dadanya. Membuat rasa bersalah kembali merongrong jiwa.
Bisma tersenyum sambil menangkup pipi Kirana dengan kedua tangan besarnya. Dia mengusap pelan pipi basah wanita itu dengan ibu jarinya. "Ish, heran banget dulu Bima bisa suka sama kamu. Jelek banget kalau nangis!"
Kirana mendengkus. Alih-alih tersinggung dia justru semakin tergugu.
"Lha malah mewek! Piye to ki (gimana to ini). Berani ena-ena tapi ternyata masih cengeng," goda Bisma.
"Mas Bisma!" Kirana memukul dada Bisma pelan. Dia tak punya tenaga berdebat dengan laki-laki tinggi itu.
Bukannya menghindari, Bisma justru menarik tubuh mungil Kirana di dalam rengkuhan badannya. Kecupan yang intens merambatkan desir di sepanjang tulang belakang Kirana, seolah ingin melumerkan rangka tubuhnya.
"Kalau ngidam sesuatu aja, bilang aja sama aku. Kan kemarin aku udah bilang pas awal kita nikah supaya bilang kalau butuh apa-apa."
Suara Bisma yang berat terdengar lembut.
"Aku nggak pengin Mas jadi repot kaya gini. Padahal Mas bukan yang ngasih benih. Malah Mas yang suruh tanggung jawab." Kirana meremas daster pendeknya.
"Trus kamu mau Papa yang kerepotan?" tanya Bisma.
Kirana menggigit sudut bibir kiri. Dia menarik pelan tubuhnya dan mendongakkan kepala menatap wajah Bisma. Tangan mungilnya terangkat, mengusap pipi Bisma. "Mas terlalu baik buatku."
"Aku nggak sebaik yang kamu kira. Aku bisa marah, bisa kecewa, kalau marah diem. Kata orang marahku awet kaya kena formalin. Aku juga bisa curang …." Bisma meremas tangan Kirana yang ada di pipinya dan membawanya mendarat di bibir untuk dikecup. "Jadi, kamu jangan sungkan kalau butuh sesuatu. Aku akan ada buatmu."
"Janji?" Kirana mengulurkan kelingking kanannya.
Bisma mengangguk sambil menyambut kelingking Kirana. Jari mereka pun bertaut. "Janji. Ayo, sekarang bikin sambel yang pedes. Aku juga pengin nih. Oh, ya … punya kangkung nggak? Aku pengin plecing kangkung pedes sama tahu. Kalau nggak ada biar aku belanja ke mbak sayur di gang sebelah."
Alis Kirana mengernyit. Dia tak menyangka Bisma juga punya keinginan makan makanan yang sama dengannya. "Ada. Tadi aku udah belanja."
"Ya udah, cepetan masak. Aku kumpulin mangganya."
Kirana termangu, menatap Bisma yang membungkuk mengambil satu persatu mangga muda yang berceceran di rumput. Tak ingin Bisma mendapati matanya yang tak berhenti melelehkan air mata, Kirana pun berbalik dan masuk rumah untuk membuat sambal.
Keinginan Kirana untuk makan mangga muda akhirnya terpenuhi. Dia tidak menyangka mangga yang kini tersaji di depannya ini dipetik dan dikupas oleh Bisma. Tak hanya rujak, Kirana juga menyiapkan plecing kangkung dan menggoreng tahu untuk makan malam mereka. Jangan lupakan kerupuk yang akan meramaikan acara makan malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold My Hand (Completed-Pindah Ke KK)
RomanceBila Kirana bersikap baik, orang lain akan berkata, "Pantas, anak pendeta". Tapi, kalau dia berbuat nakal, celetukan "Anak pendeta kok gitu sih?" sering kali terdengar. Namun, kali ini, hidup Kirana Kamaratih terpuruk setelah dosa yang dia lakukan b...