26. Ngidam

875 139 26
                                    

Hai, Deers! Bisma and Kirana datang lagi. Ada yang menanti? Cerita ini sudah tamat di lapak sebelah ya. Jangan lupa tinggalin jejak kalian😘

💕💕💕

[Kirana]

Papa pulang nggak hari ini?

Kirana mengetikkan pesan pendek setelah bertanya pada Papa kondisi Om Leo.

[Papa]
Papa nggak bisa pulang. Kamu jangan pulang malam, ya? Kasihan Bisma nungguin di luar.

[Kirana]
Iya, Pa. Padahal Kiran pengin mangga belakang rumah🤧

[Papa]
Minta beliin Bisma dulu, to?

[Kirana]
Maunya mangga belakang rumah.

[Papa]
Cucu Papa ngidamnya aneh-aneh. Kalau gitu tunggu Yangkung pulang dulu.

Kirana tersenyum. Kalimat yang ditujukan pada janin tak berdosa ini membuat Kirana terenyuh. Papa selalu pintar mengelola emosinya sehingga senyuman selalu membingkai di wajah apapun kondisi dalam hidupnya. Kirana tahu, pasti Papa kecewa mengetahui putrinya tengah berbadan dua. Namun, dia tak pernah menyalahkan makhluk mungil yang bersemayam di perutnya karena Papa selalu mengatakan bahwa janin itu tak pernah minta ada karena kesalahan kedua orangtuanya.

"Cie … yang udah bisa senyum! Kayanya udah ada yang pedekate nih." Rere yang duduk di sebelah meja melirik ke arah Kirana.

"Pedekate dari Hongkong! Ini Papa! Tahu sendiri kan papaku kadang absurd bin ajaib." Kirana kembali memasukkan gawainya agar bisa kembali fokus bekerja.

"Tapi papamu baik banget, Ran. Trus gaul pula! Cakra malah kurang gaul!"

Mendengar namanya disebut, Cakra berdecak. "Iya sih. Kalah gaul aku!"

Kirana terkekeh. "Semua karena Mas Bima." Seketika tenggorokannya tercekat saat nama Bima terlontar dari bibirnya. Terlalu banyak kenangan selama sepuluh tahun kebersamaan mereka. Dulu Bima selalu membantu mendandani Papa sehingga wajah awet muda Papa terlihat semakin muda.

Rima yang mengerti mimik tak nyaman Kirana, langsung mengalihkan pembicaraan. "Eh, tahu nggak sih! Denger-denger anak inspektorat ada yang nikah siri."

"Oh, ya?" Cakra menutup mulut dengan tangan berjari lentik. "Kenapa atuh nikah siri? Apa jadi madu gitu? Ish, ish, ish … kelakuan ASN zaman now emang aneh-aneh!"

"Kaya kamu! Centilnya kebangetan nglebihi aku!" timpal Rere.

"Ye … biar gini tapi strong dong!" Cakra menarik kemeja lengan pendeknya untuk memperlihatkan ototnya. "Bisa-bisa sekali sembur, kamu hamil!"

"Najis!" Rere melempar kacang ke muka Cakra.

Mendengar kata hamil, batin Kirana tercubit. Kalau sudah seperti ini, rasa percaya dirinya akan terjun bebas di titik nol. Atau bahkan minus. Sebagai wanita yang bernoda, dia merasa tak pantas menyandang NIP sebagai pelayan masyarakat yang harusnya bisa membawa citra baik. Nyatanya, dia masih berlindung di balik seragamnya. Berlaku seolah-olah tak ada yang salah.

Rencananya hari ini Kirana ingin menghadap kepala instansi untuk melaporkan pernikahannya. Namun sepertinya dia harus mengurungkan niatnya. Padahal dia sudah menyiapkan berkas sehingga bisa mengurus tunjangan suami yang masuk ke dalam gajinya.

Ya, Kirana masih belum siap dengan semuanya. Dia masih memperkirakan, apakah perkawinannya akan terus atau justru putus, agar urusannya tidak ribet bila harus berpisah.Setidaknya dia punya waktu satu tahun ini untuk melapor, sebelum dia dijatuhi sanksi berat menurut PP no 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS karena menikah diam-diam.

Hold My Hand (Completed-Pindah Ke KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang