4 : Apa Kebenarannya?

411 35 4
                                    

"Btw, nanti jemput gue lagi di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Btw, nanti jemput gue lagi di sini."

Haura menghela napas sembari mengikuti langkah pelan Hana menuju stasiun. "Males, ah." Hanya jeda beberapa detik, sebelum akhirnya Haura bertanya. "Jemputnya jam berapa?"

Hana terkekeh. "Bilangnya males, tapi ternyata masih peduli."

Haura hanya mendengus. "Kasian soalnya, aku gak tegaan si."

Tangan Hana menepuk-nepuk lengan Haura beberapa kali ketika keduanya memasuki area stasiun. "Becanda, lo gak perlu jemput. Lagian gue mau nginep."

"Ish, ngeselin!"

Tawa Hana meledak begitu Haura menampilkan ekspresi kesal. Ditambah lagi perempuan berkerudung di sampingnya ini menggerutu tak jelas. Sungguh, Haura yang sekarang terlihat lebih ekspresif. Hana jadi senang menjahilinya.

Haura mendorong tubuh Hana. "Sana, sana pergi. Hush," usir Haura dengan gerakan tangan mengusir.

Hana yang mendapat perlakuan begitu hanya terkekeh. Kemudian perempuan itu berjalan mendekat. "Awas, nanti papasan sama Raka, terus malah CLBK," bisik Hana tepat di samping telinga Haura.

"Gak akan!" tegas Haura dengan suara cukup kencang. Hingga membuat beberapa orang menengok ke arah mereka.

Hana terkikik. Kemudian perempuan itu melambaikan tangan sebagai bentuk perpisahan. "Bye! Gue berangkat Ra!"

Haura balas melambaikan tangan. Ia menurunkan kembali tangannya, lalu berbalik pergi ketika sosok Hana sudah tidak terlihat lagi.

Haura tak berniat pulang lebih awal, perempuan itu memilih jalan-jalan sebentar. Meskipun sebenarnya cuaca Jakarta tidak sebagus itu, cuacanya terlalu panas.

Akan tetapi, untuk sesaat Haura hanya ingin menghirup udara luar. Sebab, selama beberapa hari usai kelulusan kerjaannya cuma rebahan dan beres-beres rumah. Jarang keluar, keluar pun kalau diperintah sang bunda.

Haura mendongak menikmati semilir angin kecil yang sedikit menyejukkan. Hanya sesaat senyum Haura terukir, sampai tiba-tiba tetesan air dari langit menyerbu membasahi bumi. Sontak Haura yang mendapati hujan deras secara tiba-tiba itu, buru-buru berlari mencari tempat berteduh. Dan pilihannya jatuh pada minimarket.

Haura berdiri di teras minimarket sembari memandangi hujan. Kedua tangannya mengusap-usap lengan baju yang sedikit basah. Ia berusaha untuk tidak mengeluh karena hujan deras yang tiba-tiba.

Haura berbalik, melangkah memasuki minimarket. Suhu dingin dari minimarket cukup membuat Haura yang pakaiannya sedikit basah jadi menggigil.

Tangan Haura mengambil salah satu payung lipat. Kemudian menuju ke kasir. Beruntung kasir sepi, jadi Haura bisa segera membayar lantas keluar.

Badai Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang