Saat ini, Raka dan Yuna tengah berada di pelataran rumah. Menikmati angin malam yang terasa sejuk.
"Lo yakin dan gak bakalan goyah sama keputusan lo sendiri?" tanya Yuna serius, perempuan itu menatap lurus pada jalanan di depan.
"Yakin."
"Ini bukan permainan, Ka. Ini soal pernikahan," tegas Yuna. Perempuan itu beralih menatap Raka sarat akan keseriusan.
Raka balik menatap Yuna lekat. "Gue tahu, kok. Toh gue udah cukup mapan karena ada pekerjaan tetap. Memangnya kurang apa lagi?"
Yuna menghela napas lelah. Kepalanya tertunduk dengan tangan terkepal kuat. "Sejak awal gue gak percaya sama keputusan lo. Rasanya terlalu tiba-tiba."
Raka menyesap kopinya perlahan. "Waktu yang bikin gue berubah."
Yuna beranjak dari tempat duduknya. "Pikirin lagi, Ka. Gue gak mau lo menyesal."
Yuna masuk ke dalam dengan langkah cepat, perempuan itu sempat berpapasan dengan Dea yang hendak keluar. Yuna hanya mengangguk sebagai bentuk kesopanan.
Dea meletakkan sepiring kue di atas meja. Wanita paruh baya itu lantas duduk di tempat yang tadi diduduki Yuna.
"Ada masalah apa sama Yuna?"
"Biasalah, Ma."
Sesaat hening menyelimuti, sebelum akhirnya sang mama memulai percakapan lagi. "Kapan tepatnya kamu akan menikah?"
"Raka maunya sih secepatnya atau gak sesiapnya kita berdua."
"Yasudah. Pokoknya apapun yang terjadi jangan sampai kamu goyah lagi. Kamu udah janji, Raka. Jangan kecewain mama lagi. Jangan sakiti hati perempuan lagi."
"Iya, Ma, Raka janji."
Haura menatap lelah pada Haris yang sudah stand by di kursi pojok. Tepatnya di Cafe A&B. Dengan napas yang masih terengah, Haura langsung duduk bersebrangan dengan laki-laki itu.
"Sebenernya kenapa harus buru-buru, sih?" omel Haura sembari mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan.
"Saya sibuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Rasa [TAMAT]
Romance(SEQUEL KENDALI RASA) [Disarankan untuk membaca cerita 'Kendali Rasa' dulu] Setelah hampir tiga tahun tak pernah berjumpa dan berkabar. Bak sebuah keajaiban Haura tak pernah menyangka akan berhadapan lagi dengan cinta masa SMA-nya, Raka. Tetapi so...