Raka memijat keningnya beberapakali begitu mata kuliah pengantar bisnis baru saja selesai. Masalah sebenarnya bukan terletak pada mata kuliahnya, tetapi ada pada diri Raka sendiri. Sedari tadi Raka tidak fokus menyimak penjelasan dosen, alasannya karena overthinking yang tiba-tiba menyerangnya lagi.
"Lo sakit?" tanya Agam.
Raka mengangguk. "Gue balik dulu."
"Berarti lo gak ikut kunjungan yah sama anak UKM Bisnis?" Agam kembali bertanya, pasalnya memang laki-laki itu satu UKM dengan Raka.
Raka mengernyit sembari menatap Agam. "Kunjungan apa lagi? Bukannya minggu kemaren udah?"
Agam menghela napas. "Lo pasti gak baca grup chat. UKM kita tuh emang rutin kunjungan ke komunitas content creator, selain ada kenalan di sana. Kita juga belajar bareng buat cara promosiin produk kita."
"Anjir ribet, kenapa gak buat kajian mandiri di UKM sih," sahut Raka kesal. Kepalanya sudah pening, kenapa pula ia harus mendengar fakta itu lagi. Terlebih Raka ingat, ia bertemu dengan Haura di depan gedung komunitas content creator hari itu.
"Yaudah si, kalau gak bisa biar gue izinin. Lagian, lo emang beneran sakit."
Raka mengangguk. "Yaudah, gue balik duluan," pamit Raka setelah bertos dengan Agam.
Raka mengeluarkan potret diri Dea yang ada di dompetnya. Rasa sedih kerap kali menyergapnya setiap kali memandang foto sang mama. Raka masih belum paham mengapa mamanya pergi tanpa memberi alasan.
Raka menepis perasaan sedihnya. Ia tak ingin berlarut-larut dalam rasa sedih. Selain menyiksanya, terlalu sedih juga kerap memperparah overthinkingnya akhir-akhir ini.
Panas terik kota Jakarta menyengat kulit begitu Raka baru saja keluar dari gedung fakultasnya. Suara adzan dzuhur berkumandang kala Raka menghampiri motornya yang berada ditempat parkir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Rasa [TAMAT]
Romance(SEQUEL KENDALI RASA) [Disarankan untuk membaca cerita 'Kendali Rasa' dulu] Setelah hampir tiga tahun tak pernah berjumpa dan berkabar. Bak sebuah keajaiban Haura tak pernah menyangka akan berhadapan lagi dengan cinta masa SMA-nya, Raka. Tetapi so...