32 : Bangkit

181 19 2
                                    

Semalam Haura sudah memutuskan untuk tak lagi menangisi cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semalam Haura sudah memutuskan untuk tak lagi menangisi cinta. Lama-lama perempuan itu juga berpikir tidak ada gunanya terus larut dalam kesedihan. Karena pada dasarnya dunia ini tidak akan berhenti berjalan hanya karena kita terpuruk.

Hal utama yang Haura perbaiki adalah ibadahnya, lalu dilanjut rutinitasnya. Selama ini Haura pikir ia terlalu larut mencintai ciptaannya sampai lupa cara mencintai Sang Pencipta.

Memang tak mudah, tapi Haura bertekad mulai ingin fokus memperbaiki diri dahulu. Ia mulai menetapkan rutinitas yang teratur, mulai dari olahraga setiap hari minimal 5 menit, shalat dhuha setiap hari, menonton kajian online 5 menit, memanage waktu untuk mengerjakan tugas kuliah, kegiatan IRMAK, kegiatan di komunitas content creator hingga soal usaha handmade-nya dengan Hana.

Haura baru saja selesai bersiap-siap. Perempuan itu sekarang sudah rapi dengan setelan gamis coklat susu dan kerudung senada.

"Kuliah lo?" tanya Zain.

Haura yang sibuk mengambil sarapan hanya menoleh sebentar. Lantas mengangguk. "Enggak, gue ada kegiatan di luar."

Haura duduk kemudian mulai menyantap sarapan. Sedangkan Zain juga ikutan duduk tapi hanya menyesap kopi saja.

"Mau gue anter?"

Haura menggeleng. "Gak usah."

"Katanya motor lo masuk bengkel," kata Zain membuat Haura seketika teringat akan kejadian semalam.

"Oh iya lupa, yaudah anterin gue, Bang."

"Kemana?"

"Ke Masjid Al-Kautsar."

"Lo gak kerja?" tanya Haura.

Zain menggeleng. "Gue siaran radio lagi entar malem si."

Haura mengangguk lantas kembali melahap sarapannya. Sementara Zain juga tampak khidmat menikmati kopinya.

"Turut berduka cita atas kandasnya hubungan lo sama Raka," celetuk Zain membuat Haura sempat berhenti mengunyah.

Haura menghela napas. Ia berkali-kali mengatakan pada hatinya bahwa semua baik-baik saja. Haura menatap sang kakak dengan senyuman. "Thanks."

"Gue gak salah denger? Lo ... keliatan sesantai ini?"

"Terus mau lo apa? Gue ngereog terus-terusan?"

Zain mengangguk. "Pada umumnya kebanyakan cewek yang galau tuh suka nangis-nangis dan gamon. Lo gak gitu, Ra?"

Haura menggeleng. "Gamon si sempet, tapi gak mau terlalu lama. Toh dunia akan terus berjalan, masa iya gue stuck disini aja tanpa kemajuan?"

 Toh dunia akan terus berjalan, masa iya gue stuck disini aja tanpa kemajuan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Badai Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang