8 : Informasi Penting

258 23 0
                                    

Haura meletakkan plastik berlogo ayam ditangannya ke atas tikar yang digelar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haura meletakkan plastik berlogo ayam ditangannya ke atas tikar yang digelar. Ia langsung duduk dicelah yang tersisa tepat disamping Hana dan Yuna.

"Loh kok lo yang ngambil pesanan ayamnya. Rakanya kemana?" tanya Tio.

Haura enggan menjawab. Jadi hanya diam saja. Ia terlalu sebal dengan kejadian beberapa menit lalu. Padahal Haura tak ingin bermusuhan. Tetapi, sikap Raka itu selalu begini jika bertemu Haura. Menyebalkan sekali.

Tak lama Raka datang, tetapi laki-laki itu melewati Hana, Tio, Yuna dan Haura yang duduk di tikar. Laki-laki itu memilih melangkah mendekati Yuda dan Hendra yang masih sibuk membakar bakso tusuk.

Yuna, Hana dan Tio sempat menatap kepergian Raka sekilas. Sebelum akhirnya tatapan ketiganya beralih pada Haura yang sibuk memainkan HP.

"Lo ... Haura, ya?" tanya Yuna.

Haura menghentikan aktivitas bermain HP-nya. Perempuan itu beralih menatap Yuna. Haura merasa asing dengan wajah Yuna, sekaligus heran darimana perempuan itu tahu namanya. "Iya, kenapa?"

"Oh, enggak. Kenalin gue Yuna temen Raka yang dari Cirebon," Yuna mengulurkan tangannya, yang kemudian disambut oleh Haura.

Setelah melepaskan salamannya. Yuna menunjuk Yuda dan Hendra yang masih sibuk bakar-bakar. "Dua cowok di sana temen Raka juga yang dari Cirebon, namanya Yuda sama Hendra."

Haura mengangguk.

Haura menoleh pada Tio dan Hana. "Fatimah gak ke sini?"

Hana menggeleng. "Gak tahu, pesan gue gak dibales."

Haura mengangguk.

Tak lama setelah mereka berempat mengobrol banyak. Raka, Yuda dan Hendra melangkah menghampiri mereka. Kemudian duduk di ruang yang tersisa, yaitu diantara Yuna dan Tio.

Mereka bertujuh sibuk berbincang-bincang sambil makan. Lebih banyak Yuda, Hendra, Tio, Hana dan Yuna yang bercanda. Haura dan Raka hanya sesekali menyahut dan lebih banyak diamnya.

Haura meletakkan sisa tusuk satenya ke piring yang berisi tumpukan tusuk sate. Perempuan itu mendadak kebelet ingin ke kamar mandi. Tetapi, Haura terlalu malas untuk bertanya pada Raka. Apalagi karena suasana diantara mereka kerap kali jadi tegang.

Alhasil Haura hanya diam saja sambil berpikir apa ia pulang saja. Tetapi, rasanya Haura tak sanggup jika harus pulang ke rumah dulu. Ia melirik Hana tetapi perempuan itu sibuk bercanda. Haura menunduk. Bingung sendiri harus bagaimana.

"Ra, lo kenapa? Kebelet?" tanya Yuna dengan suara pelan.

Haura mendongak. Kemudian mengangguk kecil. "Boleh minta tolong tanyain ke Raka gak kamar mandinya dimana?" tanya Haura dengan suara pelan.

Yuna mengangguk. Perempuan itu lantas mengajak Haura berdiri. Haura yang tiba-tiba  diajak berdiri jadi was-was sendiri karena takut Yuna memberitahu kalau Haura yang kebelet, tapi malah minta tolong ke Yuna untuk bertanya ke Raka dimana letak kamar mandi. Padahal Haura bisa langsung  bertanya sendiri pada Raka.

Badai Rasa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang