Baku hantam terjadi kurang lebih selama 20 menit. Dalam kurun waktu itu pula Raka berhasil membuat Bram babak belur. Tak hanya wajah, seluruh anggota tubuh Bram habis kena hajar oleh Raka. Bram sekarang bahkan hanya bisa meringis dengan tubuh tengkurap, laki-laki itu tidak bisa berdiri. Meski tetap saja tatapan Bram terarah tajam pada Raka dan Yuna.
"Kenapa? Lo mau bawa komplotan lo?" kata Raka dengan tatapan tak kalah tajam.
Bram hanya diam sembari meringis, merasakan tubuhnya seakan remuk. Meski dilubuk hati Bram ingin menghajar Raka balik dengan bantuan gengnya. Tetap saja laki-laki itu tak berani, ia jelas tahu siapa Raka. Raka Praja Aditya, jelas bukan laki-laki sembarangan.
"Raka, udah. Jangan diterusin lagi." Yuna beralih menarik lengan Raka sebelum laki-laki itu melayangkan tinjunya lagi.
Raka menurut. Kedua manusia berlainan jenis itu pergi. Meninggalkan Bram yang justru pingsan ditempat.
Tujuan Raka dan Yuna selanjutnya adalah ke minimarket. Untuk mengobati luka dibeberapa bagian wajah laki-laki itu. Meski tidak separah Bram, tetap saja Yuna khawatir.
Yuna dan Raka duduk bersebelahan di kursi depan minimarket. Perempuan itu dengan telaten mengobati Raka. Terakhir menempelkan plester di bagian yang terdapat goresan luka, yaitu bagian sudut kanan bibir dan pelipis Raka.
"Makasih, Ka. Tapi bisa jangan berlebihan gitu. Terus kenapa juga kamu harus ngaku kalau aku calon istri kamu?" Kening Yuna mengkerut tak habis pikir. "Dari sekian banyak alasan, kenapa harus itu?"
"Cuma itu yang kepikir di kepala gue."
Yuna menghela napas lelah. Ia ingin protes banyak hal pada Raka. Tapi urung dilakukan, rasanya kalau Yuna protes ia akan terlihat seperti tidak tahu terimakasih. Meski tetap saja dengan memendam semua kalimat protesan ini, beban Yuna semakin memberat.
Raka mengusap lembut anak rambut Yuna yang berantakan. Tatapan mata Raka melembut. Lebih jelasnya tatapan itu hanya sekadar tatapan iba dan tanggung jawab.
Raka jelas tahu siapa Yuna Maheswari. Perempuan yang terjebak di keluarga broken home, memiliki pacar kasar dan posesif. Dan terakhir, Yuna pernah depresi dan nyaris bunuh diri.
Mengingat soal kejadian bunuh diri Yuna. Jujur saja, Raka ngeri. Tak sekali saja Yuna melakukan percobaan bunuh diri, tapi berulang kali, dengan cara yang beragam pula. Entah dengan mencoba memotong urat nadinya, gantung diri, minum racun, atau minum banyak obat sampai overdosis.
Mata Raka tanpa sadar memejam. Air matanya tanpa sadar mengalir. Sakit dan sesak di dadanya tak dapat dibendung. Nasib Yuna jauh lebih tragis dibanding dirinya.
"Raka, hei ... lo kenapa?" Yuna menepuk pelan tangan Raka yang masih bertengger dipelipisnya.
Raka membuka matanya. Laki-laki itu menatap Yuna dengan sorot mata pedih. Kemudian melepaskan pegangannya di pelipis Yuna. "Lo gak papa, Yun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Rasa [TAMAT]
Romance(SEQUEL KENDALI RASA) [Disarankan untuk membaca cerita 'Kendali Rasa' dulu] Setelah hampir tiga tahun tak pernah berjumpa dan berkabar. Bak sebuah keajaiban Haura tak pernah menyangka akan berhadapan lagi dengan cinta masa SMA-nya, Raka. Tetapi so...