1. 𝑵𝒊𝒈𝒉𝒕𝒎𝒂𝒓𝒆

105 23 30
                                    

Ezra Morgenstern

Umurku hampir tujuh belas tahun dan sudah berhasil mendapatkan gelar kriminal sejati dengan kasus pembunuhan keji.

Well, sebenarnya ini bukan kasus pembunuhan pertama. Saat berusia tiga belas tahun, aku berhasil menghilangkan nyawa Kakak kandungku, Shawn dalam sebuah kecelakaan.

Aku memaksa duduk di bangku kemudi. Aku memang sudah tahu cara mengendarai mobil. Namun, pengetahuanku soal jalanan sangat minim. Alhasil, mobil kami terjun bebas masuk ke dalam jurang. Ajaib, aku masih bernapas sampai detik ini.

Kakakku adalah kesayangan keluarga Morgenstern, pangeran tampan yang digilai banyak wanita, apa lagi setelah menjadi model majalah. Wajar saja, banyak orang yang tak begitu menyukaiku setelah kejadian itu. Meski pun kami sebenarnya tidak pernah kehilangan Shawn sepenuhnya, dia tetap ada dalam rumah, hanya perlu menghindari cahaya matahari.

Aku bisa mengklaim, kekayaan Morgenstern tak akan habis hingga keturunan kedua puluh atau lebih, tapi hal lain yang aku yakini adalah, Dad tidak akan mengeluarkan satu sen pun untuk menyogok polisi jika kasus ini terangkat ke permukaan.

He dosen't give shit, though. Never, even my eye floods with the blood.

Justru, Dad mungkin akan berharap aku berakhir dalam penjara seumur hidup sehingga dia tidak perlu melihat batang hidungku lagi dalam rumah.

Mom, dia satu-satunya yang membuatku khawatir.

Jika seseorang berhasil menemukan jasad pria dalam hutan, tepatnya pada sebuah banker yang hampir bobrok termakan usia, aku tidak yakin sanggup melihat betapa hancur perasaannya saat itu.

Jika Dad begitu dinginnya padaku, Mom sebaliknya. Dia alasanku pulang dan menyebut kastil tua tempatku tinggal sebagai rumah.

Mom pernah mengatakan, "Dad melakukan itu bukan karena kesalahanku pada Shawn." Namun, penjelasannya hanya sampai di situ Fakta sebenarnya mungkin akan sangat menakutkan, jadi aku biarkan saja dia terus mengendap.

Sekali, aku pernah mendengar dari Paman Aaron, jika Dad menganak emaskan Shawn Dia memiliki sesuatu yang tidak aku miliki. Awalnya, aku mecoba mencari tahu, seiring berjalannya waktu, aku mulai belajar melupakan apa yang bukan menjadi urusanku.

Kembali ke kasus tadi. Pembunuhan. Kejadiannya masih sangat baru, belum genap dua puluh empat jam Aku tidak sendirian, aku bersama teman dekatku, shit! Rasa bersalah begitu besar saat harus melibatkan mereka. Sahabatku adalah saksi kunci yang melihatku bertransformasi menjadi monster. Saat ini aku berusaha melupakan setiap detail kejadiannya. Namun, ada satu hal yang masih terpenjara dalam benakku. Pada sela-sela jari ini, aku masih merasakan gumpalan kecil daging dan kulit meski pun aku sudah membersihkannya dengan sangat baik.

Kengerian serta penyesalan membuatku terjaga sepanjang malam dan baru tidur sekitar pukul tiga lalu terbangun kembali pukul lima. Aku ingin menghindari Mom dan Dad saat sarapan, jadi aku memutuskan untuk bersiap lebih awal dan berangkat ke sekolah sebelum bus menjemput.

Aku benar-benar kepagian, kelas-kelas belum dibuka. Terakhir kali aku berada dalam situasi ini sekitar satu tahun lalu saat mengencani Debora Burk, kutu buku tercantik di Evergreen High.

Sebelum menuju perpustakaan, terlebih dahulu aku harus mengambil kartu anggota dalam loker.

Kapan terakhir kali aku menggunakannya? Entah lah Mungkin kartu biru itu sudah dililit jaring laba-laba. Isi loker adalah tumpukan buku pelajaran, satu jaket baseball merah, tongkat dan sarung tangan baseball juga, lalu ada stick drum dan miniature papan selancar Tidak ada stiker atau foto seperti kebanyakan loker di Evergreen High Aku hanya tak suka mengotori dinding.

Why We Were BornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang