6.Wake Me Up

23 11 1
                                    

Emma


Jantungku terus-menerus mendapatkan serangan kejut. Satu serangan lagi, aku tidak tahu apakah masih sanggup untuk menerimanya atau tidak.

Pria di dalam hutan adalah Paul Bane, nama yang aku dengarkan berulang kali selama di sana dan yeah, dia adalah pria yang sudah kami bawa.  Hal ini membuat dadaku melompat ngeri.

Untungnya kami berdua masih bisa bernapas lega, setelah aku mendengar inspektur polisi mengatakan pria itu meninggal setelah mengalami luka tembak di kepala bagian belakang dan tembakan dua kali di dada. Aku tidak bisa menyembunyikan kenyataan jika aku sangat-sangat merasa bersyukur untuk hal yang satu ini. 

Sejak masih kecil aku tahu  jika keluarga Morgenstern  bukanlah manusia normal pada umumnya. Terlalu banyak hal janggal di sana. Mr. Morgenstern yang tidak pernah terlihat keluar di bawah matahari, ritual aneh pada ulang tahun Ezra, pertemuan aneh dengan segerembolan orang berpakaian hitam juga bertopeng setiap bulan purnama dan hal kecil lain seperti tidak ada benda logam di rumah mereka.  Aku masih sangat muda untuk mempedulikan hal ini.

Satu kejadian membekas terjadi pada saat usiaku sebelas tahun. Kami sedang bermain petak umpet di Morgenstern Manor aku tak sengaja terpeleset masuk ke dalam ruangan bawa tanah dan melihat sendiri, Ayah Ezra menyula seekor kambing hitam, menampung darahnya pada cawan perak dan meminumnya hingga habis. Kesan pertamaku dia hanya orang eksentrik dengan pola hidup aneh atau menyemah iblis. Kesan itu seketika luntur saat melihat taring, kuku panjang dan mata merah yang menyala kelaparan. Untunglah, dia tidak memangsaku.

Keluarga kami, Mom dan Dad terutama memiliki hubungan erat dengan keluarga Morgenstern. Karena kesalahan yang tidak sengaja kulakukan itu, aku harus membuat sumpah berdarah. Aku masih ingat bagaimana seorang pria asing menyayat pergelangan tangan kiriku tipis hingga mengeluarkan banyak darah. aku tak pernah tahu ke mana mereka membawa darahku pergi. Ezra, Noah, Calvin dan Darrel ada juga di sana sebetulnya hanya menemaniku. Sebab, mereka memiliki darah yang sama. Dulu, mereka sangat baik dan kami sedekat itu. Obsesiku datang dari sana.

Setelah keluar dari hutan tanpa menimbulkan kecurigaan sama sekali, aku cukup terkejut saat Ezra membawaku ke tempat Darrel. Sudah sangat lama aku tidak menginjakkan kaki di sana. Aku memang tidak berbicara dengan Darrel tetapi masih berhubungan baik dengan Mr. Eldrige. Dia tahu apa yang terjadi antara aku dan puterannya. Kami sama-sama menjadi sukarelawan setiap akhir pekan di selter penampungan binatang. Satu tahun ini aku merasa pria yang kepribadiannya berbanding terbalik dengan sang anak itu menjalin hubungan romantis dengan pemilik selter.

Berada di rumah Darrel bersama Anya, Noah, dan Calvin membuatku merasa tidak diterima. Seperti orang asing bodoh yang tak sengaja merelakan diri sebagai korban human trafficking.

Beruntung, Ezra akhirnya sadar untuk kesalahannya, lalu kami pamit pulang.

Aku tidak bisa tidur semalam. Sebagai gantinya, hari ini aku menghabiskan waktu untuk berbaring di tempat tidur sampai menjelang sore. Aku tak perlu ke sekolah hari ini.

Rumah ini selalu memiliki aroma yang berbeda setiap harinya, terkadang dipenuhi aroma dupa, kertas terbakar, aroma bunga, buah, dedaunan, batang kayu, rumput. Akan ada aroma musim semi di tengah musim panas, atau aroma musim panas saat kebekuan musim dingin terjadi. Semua adalah pekerjaan Mom. Orang-orang di sini menjuluki Mom sebagai penyihir. Sebenarnya dia hanya memainkan bahan-bahan alam, tanpa tongkat dan sapu.

Dad adalah bekas detektif swasta. Dia menjadi detektif selama sepuluh tahun lalu beralih menjadi penulis. Tiga dari lima bukunya mendapatkan gelas best seller. Penghasilan Dad sangat fantastis. Aku hanya tidak mengerti mengapa dengan penghasilan sebanyak itu, dia tidak bisa membiayaku di Ever Green.

Sejak aku kecil, hubungan Mom dan Dad timbul tenggelam dalam masalah. Mereka kerap berdebat. Dalam hal-hal paling berat, Stacy akan menyeretku keluar rumah. Aku juga pernah melarikan diri demi menghindari pertengkaran mereka. Akan tetapi, di luaran sana, seperti para tetangga mempercayai jika Mom dan Dad adalah pasangan paling romantis di dunia.

Aku lebih dekat dengan Mom dibandingkan Dad. Selama menulis, Dad akan mengunci dirinya dalam ruangan kerja selama berhari-hari. Komunikasi kami begitu terbatas. Meski kerap kali berdebat panjang dengan Mom, Dad tetap berbicara sebagaimana seorang ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya.

Belakangan ini, Mom lebih banyak diam sedangkan Dad lebih banyak berdebat dengan Stacy. Saat aku bertanya ada masalah apa, mereka semua diam dan pergi begitu saja. Biasanya, mereka akan kembali berbaikan lalu tertawa di meja dapur, jadi aku tidak begitu menaruh perhatian.



^^^***^^^^



Pukul empat sore perutku benar-benar kosong. Rumah ini dalam keadaan sunyi.

Stacy pasti masih berada di restoran tempatnya bekerja. Dad berada di ruangan kerjanya dan Mom berada di halaman depan. Selulit bayangan terlihat pada kaca. Aku mengambil Sandwich di dapur dan menemani Mom di halaman depan.

“Bisa’kah kau makan saja di dalam?” Mom melemparkan tatapan tajam padaku. Dia sedang memangkas rumput. Mom memiliki tubuh gemuk dan rambut merah sama sepertiku. Mom memiliki kulit putih bersih terawat yang membuatnya seolah bersinar. Stacy yang mewarisinya sedangkan aku memiliki kulit pucat Dad.

“Aku butuh udara segar,” jawabku.

Mom menarik napas panjang. Ia meletakan perlengkapan pemotong rumputnya lalu duduk di sebelahku “Gurumu mengatakan sesuatu?”

Kami sudah membicarakan surat pengunduran diri dari minggu lalu. Dad mengatakan aku harus meninggalkan Ever Green dan aku hanya bisa mengatakan ‘iya.’ Anehnya, mereka tidak pernah mempermasalahkan pilihan Stacy. Dia bahkan berada di sekolah yang jauh lebih mahal dulu.

Aku menggeleng.

“Kau yakin akan baik-baik saja?”

“Semua sudah terjadi. Tenang saja, mereka akan mengenangku sebagai pemain hoki terbaik minggu ini.”

Mom tersenyum. “Jadi, apa yang kau inginkan untuk malam?”

“Aku memakan semua masakanmu.”

Mom menepuk kepalaku pelan. “Bibi March mengirimi kita udang.”

“Sungguh. Ayo, kita makan malam sekarang.”

Mom mendelik lalu tertawa. “Batu bersihkan halaman depan jadi aku bisa memasak. Bagaimana?”

Aku mengangguk setuju. Mom melanjutkan pekerjaannya sedikit.

Noah McKnight tiba-tiba muncul dari gerbang. Dia masih menggunakan pakaian seragam. 

“Hay.” Aku hanya kurang percaya, ini pasti permainan mata.

“Hay, Mrs. Miller,” balas Noah diikuti cengiran lebar.

“Rumah Ezra di sebelah.”

“Kau kira aku melupakan rumah yang kudatangi setiap hari?”

“Hanya memastikan.”

“Ling lung seperti biasa.”

“Benar sekali.”

Noah menyalami Mom dan memberikan kecupan di pipi kiri dan kanan. ketika mereka menghapusku secara remis dari pertemanan, mereka tak pernah ke rumah ini jadi aku tidak pernah tahu bagaimana persisnya hubungan mereka.

“Kau hanya butuh baju zirah dan kuda, kau benar-benar menjadi Ksatria,” pujian halus Mom berikan pada Noah.

“Aku sudah membuat lukisan seperti itu, akan kukirimkan satu padamu, Mrs. Miller. Kau seorang ratu sejati. Emma benar-benar anak Anda bukan?”

Aku mengambil wadah plastik tempat Sandwich melemparkannya ke punggung Noah.

Noah mengerang kesakitan.

“Ayo masuk, kebetulan aku baru selesai memanggang biskuit.”

“Oh, ya, hawa manis ini memenuhi udara.”

“Tunggu saja.” Mom segera melesat ke dapur. karena tidak memiliki putra, Mom sangat menyayangi  mereka berempat.

“Kau tidak mengajaku masuk?”

“Ayo lah.” Aku mempersilahkan.

Pintu rumah terbuka, tapi Noah malah membelok ke teras samping dan duduk di kursi taman.

“Kursi ini masih utuh?”

“Sebenarnya tidak. Dia kehilangan kaki kanan depan musim panas tahun lalu.”

“Ah. Kursi yang malang.”

Aku duduk di sebelah Noah. “Apa yang membawamu kemari?” Aku memelankan suara mengingat dia mempermalukanku di tempat Darrel kemarin.

“Kau tidak ke sekolah hari ini. Kami kira kau ….”

“Lari dan mengatakan pada orang-orang tentang masalah itu?”

“Hanya itu kapasitas pikiranmu?”

“Hanya itu alasan kalian berbicara denganku.”

“Pernah  berpikir mengapa kami menjauhimu dulu? Khususnya aku … aku tahu apa yang terjadi pada mereka bertiga.”

“Ini dia teh hangat dan biskuit baru dari panggangan.” Mom membawa nampan.

“Terima kasih, Mrs. Miller. Harusnya aku membawa bunga.”

“Anak manis. Kau bisa mengirimiku Peony,” kata Mom lalu kembali ke dalam.

Aku menunggu sampai punggung Mom menghilang ke dapur lalu memberikan jawaban pada Noah “Kau membenciku sama seperti mereka?”

Noah menggeleng.

“Karena kau menghabiskan waktumu agar sama seperti kami dan melupakan apa yang sebenarnya kau inginkan.”

Ucapan Noah membekukan pikiranku sesaat. Aku tidak pernah memikirkan hal itu.

“Kau menghabiskan waktumu untuk latihan berenang hingga posisimu di kelas selalu berada di bawah peringkat sepuluh besar. Kau terjatuh dari sepeda karena ingin balapan. Ketika seorang membullymu kami selalu di sana, kami membantumu keluar. Aku ingin kau bisa membela dirimu sendiri. Aku memikirkan ini, Ezra, Darrel dan Calvin meninggalkanmu, hanya ada aku. Jika suatu saat terjadi padamu dan aku tidak ada di sana apa yang bisa kau lakukan?”

Air mata menghangatkan pipiku. Aku buru-buru menghapusnya. “Aku bisa membela diriku sendiri.”

“Oh, ya, seperti membiarkan Cattie Cang, Linsandy Harper, dan Merry Lou mengataimu.”

Aku hanya mendesis. Kejaadian itu terjadi tiga kali, tahun awalku, tahun kedua dan setelah masalah di gimnasium. Aku diam bukan karena tidak igin membela diri hanya malas menanggapi tong kosong.

“Tapi kau sudah melakukan hal yang benar bukan? Kau mendapatkan beasiswa, medapatkan gelar juara lomba sainse, menjadi pemain hokie hebat di Ever Green.”

“Hanya sekali. Tidak termasuk hebat.”

“Kau merendah!” cibir Noah.

“Terkadang merendah lebih baik.” Aku menunduk lalu meraih cangkir tehku dan meminumnya. Noah juga menikamti the dan biskuitnya.

Kami mengobrol sekitar satu jam. Aku mengantarnya sampai ke depan gerbang.

Sebelum masuk ke dalam mobil, Noah mengulurkan amplop putih padaku.

“Hadiah kecil dari aku dan Calvin … sebenarnya dia ingin sendiri tapi aku harus ikut campur.”

Aku menerima pemberian Noah dan baru membukanya ketika mobilnya sudah berlalu.

Isi amplop hanya selembar kertas. Apa isinya. Tanganku bergetar saat membuka lipatan kertas. Aku tidak memiliki ide tentang apa isinya.

“Kuitansi pembayaran SPP sekolah Ever Green High sampai tahun terakhir.”

Ini pasti mimpi.










16/06/2023





Why We Were BornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang