Pukul 01.26
Mobil melaju dengan tenang di tengah jalan yang sepi dikendarai oleh seseorang
"Rey putuskan kerja sama kita dengan beberapa perusahaan yang manja" Ucap salah satu pria jangkung berbadan tinggi dan atletis" Baik tuan saya laksanakan" Ucap Rey.
"Berhenti Rey" Perintah Maven tiba-tiba membuat Rey mengerem mobilnya dengan mendadak
"Kenapa ada anak kecil tidur di pinggir jalan yang sepi? " Tanya Maven heran, bagaimana ada anak kecil tertidur di kursi pinggir jalan yang sepi
"Sekarang banyak anak muda yang berani mabuk di bawah umur tuan, bisa jadi anak itu mabuk dan berakhir tidur disitu" Jawab Rey
"Apakah kau yakin dia mabuk? Lihatlah wajahnya pucat" Ujar Maven memerhatikan wajah anak itu dari dalam mobil
" Aku akan mengeceknya " Sambung Maven langsung keluar dari mobil dan berjalan ke arah anak itu.
"Hei... Apakah kau baik-baik saja? " Tanya Maven lembut sambil menepuk pelan pipi anak itu
Maven terkejut saat menyentuh pipi anak itu dan dia menempelkan tangannya ke dahi anak itu "Rey tubuh dia sangat panas" Teriak Maven membuat Rey terbelalak kaget
Rey langsung berlari menghampiri tuannya itu " Tuan, kalau begitu bawa saja anak ini ke rumah sakit terdekat " Saran Rey
" Aku akan membawa anak ini ke rumah, di mana orang tuanya?" Ujar Maven cemas lalu menggendong tubuh kecil anak itu dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Rey melajukan mobil sangat cepat tidak setenang tadi. "Tuan sepertinya dia pingsan" Ujar Rey yang sedari tadi memerhatikan tuannya ini mengelus rambut anak yang baru mereka temukan ini.
"Sepertinya iya, wajah anak ini tidak asing bagiku. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya Rey?" Tanya Maven. Wajah Killan sudah tidak asing bagi Maven, apakah Maven dan Killan pernah bertemu sebelumnya.
" Apakah boleh saya melihat wajahnya tuan? " Tanya Rey, Maven langsung menujukkan wajah Killan.
Rey berpikir keras, wajah anak ini memang tidak asing bagi mereka, mereka pernah bertemu sebelumnya tapi mereka lupa.
"Apakah dia mengalami kekerasan?" Tanya Maven saat melihat memar dipipi kanan Killan
" Maksud tuan apa? " Tanya Rey kebingungan
"Memar dipipi kanan dan bajunya sedikit basah Rey" Ujar Maven dengan wajah yang gelisah.
"Siapkan kamar untuk putra baruku sekarang" "Baik tuan" Rey langsung menelfon Pemimpin maid di mansion Maven
Tak lama mereka sampai di mansion mewah milik Maven. Mereka datang dan disambut oleh beberapa bodyguard yang tinggi dan besar.
"Bara cari tau tentang anak ini" Perintah Maven kepada asisten keduanya
"Papa" Sapa Aikey dan Ainsley anak kembar Maven
"Kalian kenapa belum tidur? " Tanya Maven lembut kepada putra kembarnya dan mengusap rambut mereka halus secara bergantian
" Papa itu siapa? " Tanya Aikey
" Adik kalian" Jawab singkat Maven lalu meninggalkan Key dan Ley yang masih bingung.
Key dan ley langsung kembali ke kamar mereka masing-masing.
🪐
Lucio dokter pribadi sekaligus adik Maven datang ke mansion setelah ditelfon oleh Bara. Lucio datang untuk memeriksa Killan dan menjenguk anak kakaknya.
"Bagaimana keadaannya? " Tanya Maven, setelah Lucio memeriksa dan memasangkan infus ditangan Killan
" Dia demam tinggi kak bahkan suhu tubuhnya mencapai 39,5 derajat celcius, dia juga dehidrasi" Jawab Lucio
" Apakah perlu membawanya ke rumah sakit? " Tanya Maven dengan wajahnya yang masih panik
" Untuk saat ini tidak perlu kak suhu tubuhnya sudah menurun sedikit." Jawab Lucio
"Kak aku pamit, telfon aku jika infusnya sudah habis" Sambung Lucio dan meninggalkan mereka pergi.
05.00
Killan membuka matanya perlahan dan menyesuaikan pengelihatannya, kepalanya terasa sangat sakit ditambah badannya yang sangat panas. Killan tidak menyadari jika dirinya berada di rumah orang lain, Killan tidak mengetahui jika di sampingnya ada seseorang yang baru saja terlelap tidur.
"Eugh..." Lenguh Killan berhasil membangunkan orang yang berada di sampingnya
"kau sudah bangun? Apa ada yang sakit" Killan tidak menjawab pertanyaan maven
Killan menahan air mata yang dengan lancang turun membasahi pipinya, Killan menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
Maven yang melihat Killan menangis segera berdiri dan menggendong tubuh kecil itu, Killan tersentak kaget karena selama ini dia tidak pernah diperlakukan seperti itu saat dirinya sakit. Killan membenankan wajahnya diceruk leher Maven, membuat sang empu dapat merasakan hembusan nafas hangat miliknya.
Karena demam yang tinggi membuat Killan berhalusinasi "papa jangan kurung killan, killan capek bunda, killan gak sengaja ketiduran di kelas karena killan belajar sampai larut malam, killan gak mau diguyur air dingin lagi" Gumam Killan secara terus menerus
Maven mengelus pundak kecil killan agar anak itu tenang. Maven penasaran dengan orang tua killan, kenapa mereka tega membiarkan anaknya di pinggir jalan yang sepi sendirian, pingsan dengan baju yang sedikit basah.
Killan sudah berhenti mengumamkan kata-kata itu, dia kini merasakan nyaman karena usapan lembut di pundaknya. Maven sekarang tau nama anak itu adalah Killan
"Apakah kau sekarang sudah tenang" Tanya Maven
" O-om siapa? K-Killan di mana?, papa sama bunda mana? " Tanya killan
" Mulai sekarang kau adalah anaku, aku papamu" Jawab Maven sambil melihat manik indah Killan.
"O-om bukan papa Killan, Killan punya papa sendiri namanya papa Hendra dan Killan juga punya bunda Vera" Ucap Killan meyakinkan bahwa dia bukan putra Maven
Maven sangat gemas melihat killan " Oh ya? Lalu dimana orang tua mu sekarang? " Tanya Maven yang dibalas anggukan oleh killan
" Tidak tau om, killan gak ingat " Jawab polos anak itu. Maven tersenyum.
"Apa kau ingat apa yang dilakukan kedua orang tuamu? Tanya Maven
Killan tiba-tiba memeluk dan melingkar kan tangganya erat ke leher Maven " Killan dimarahi sama papa bunda, killan ditampar sama bunda om, killan takut om killan gak mau sama mereka killan juga dikurung di kamar mandi sama mereka " Jawab Killan sambil menangis sesenggukan.
Maven menggeram kesal mendengar aduhan anak itu. Maven mendudukkan anak itu di kasur dan berhadapan dengannya, dapat Maven lihat surai ketakutan anak itu.
"Papa bunda sedang apa? Killan kangen. Walaupun Killan takut tapi killan tetap sayang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Killan Aksara
RandomKillan Aksara Amerta seorang anak laki-laki yang baru saja berusia 14 tahun. Selama hidupnya dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dia hanya mendapatkan bentakan, pukulan, tamparan, hinaan, dan hukuman. Dia akan dihukum dan dim...