11

1.2K 171 2
                                    

Karina sedang menciumnya saat ini.

Windu yang terkejut hanya mampu terdiam, dia bahkan tidak mampu menggerakan tubuhnya seinci pun. 

Namun otaknya seakan memberikan sinyal padanya untuk sadar dan mengambil tindakan. 

Kedua bibir yang tadinya hanya bersentuhan, sekarang berubah karena Windu melumat perlahan bibir bawah Karina. 

Windu juga sekarang mengambil alih dengan memegang pipi Karina. 

Karina sedikit terkejut namun entah kenapa dirinya akhirnya membalas lumatan Windu. 

Keduanya saling menghabiskan nafas satu sama lain, sampai akhirnya dipaksa berhenti karena sadar bahwa mereka masih harus bernafas.

Windu memberikan satu kecupan di bibir Karina sebelum akhirnya mencoba untuk bernafas kembali. 

Windu tersenyum, namun Karina nampak terkejut.

Keduanya akhirnya memberikan jarak, cukup untuk saling melihat muka satu sama lain.

"Uh..Win sorry aku mau pulang sekarang, udah mulai malem, kamu juga kayaknya harus pulang" Kata Karina yang langsung berdiri sambil merapikan rambutnya dan sedikit salah tingkah, namun tidak ada senyum di wajahnya, tidak seperti Windu.

Windu terdiam, senyumnya perlahan pudar. Apa dirinya baru saja berbuat salah? 

"Win!" 

Lamunannya disadarkan oleh bentakan Karina. Windu menatap langsung ke arah mata Karina yang saat ini sedang sibuk merapikan meja kerjanya dan mengambil tas, bersiap untuk pulang. Tanpa melihat ke arah Windu yang masih duduk terdiam di sofa. Karina mengarah ke pintu. 

"Sorry, Win. I'm really sorry" kata Karina dalam hati

----------

Sesampainya di apartment, Windu mencoba menelpon Karina sebanyak 3 kali. Namun tidak membuahkan hasil.

Windu benar-benar tidak tahu letak kesalahannya. Sungguh. Jika dia tau, dia akan segera memperbaikinya. Windu ingin sekali meminta maaf, namun Karina tidak bisa dihubungi. Chatnya pun tidak dibalas, bahkan tidak dibaca.

Disisi lain

Suara tangisan bisa terdengar dari kamar putri sulung Yudayana itu. Untungnya belum ada orang dirumah malam itu.

Karina tidak mengerti kenapa dia mencium Windu. Namun satu yang pasti, ciuman itu membuat dia yakin bahwa dia menyukai Windu, bahkan mungkin sudah menyayanginya. 

Namun ternyata Karina belum siap. Belum siap dengan perasaannya sendiri. Karina terlalu takut untuk jatuh. 

------------

Sudah hampir seminggu Karina tidak menghubunginya. Windu sempat terpikir untuk mengunjungi rumah atau kantor Karina, namun ia mengurungkan niatnya, karena merasa itu akan menganggu privasi Karina. Windu bahkan rutin membuka sosial media Karina hanya untuk mengetahui kabarnya. Sungguh, Windu tidak benci Karina, dia hanya sangat penasaran sekaligus sedih, kenapa Karina meninggalkannya setelah mencium dirinya.

"Lo kenapa sih Win?" tanya Mindy. 

"Hm? kenapa gimana?" 

"Ya gitu, dari kemaren lo nolak nolakin kerjaan mulu, maksudnya ya iya sih sering nolakin job tapi ini tuh beda gitu loh. kenapa lo? lagi ada masalah ya?" 

Kalau Raiyan peka terhadap hal yang berhubungan dengan percintaan Windu, Mindy memang lebih peka terhadap perasaan sahabat sahabatnya, Mindy bisa mengetahui dengan mudah mood dari para sahabatnya ini,  dibanding Windu dan Raiyan, Mindy juga adalah yang paling tenang bila sedang dilanda sebuah masalah, walaupun Mindy adalah yang palung galak juga diantara mereka bertiga. 

AngosturaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang