6

1.6K 223 4
                                    

Hari itu terjadi perdebatan panjang antara Windu dan ibunya. 

Bukan, bukan hal yang serius. Hanya soal Windu yang bersikukuh memakai kemeja flannel kesayangan nya untuk acara makan malam dengan teman ibunya. Berujung dengan kekalahan Windu yang memutuskan memakai rugby shirt berwarna cream dan topi beanie kuning. 

Akhirnya disinilah mereka, Windu, Ibunya dan kakaknya Caca yang memutuskan untuk ikut karena jadwalnya yang kosong. 

Mereka bertiga duduk di sebuah restoran Italia yang ada di ibu kota, menunggu kehadiran teman dari Ibu nya, bagi Windu menunggu Karina lebih tepatnya.

"Halo Djeng, maaf ya terlambat, ini nungguin kakaknya Karina pulang dulu tadi soalnya" Keluarga Karina akhirnya datang. Windu dan kakaknya berdiri untuk bersalaman dengan keluarga teman ibunya ini. Kali ini ada ibu Ayu, Karina dan kakak Karina yang bernama Irene. 

Yang ditunggu Windu datang juga. Karina terlihat sangat cantik dengan spring dress berwarna hitam dengan motif polkadot putih kecil-kecil, dan rambutnya yang dikuncir setengah.

"Iya gapapa Yu, kami juga baru datang kok, memang kota ini macet sekali, ayo duduk" 

Karina dan Windu bertukar pandang dan akhirnya bertukar senyuman. 

Makan malam diisi dengan obrolan dari kedua keluarga. Lebih banyak dari kedua ibu yang bisa dibilang sedang reuni kecil-kecilan saat ini, terlebih lagi keduanya berprofesi sebagai dokter walau berbeda spesialis.

Karena merasa sedikit terabaikan, anak-anak muda dari kedua keluarga tersebut akhirnya memutuskan untuk duduk di meja terpisah dan akhirnya memulai obrolan sendiri. 

"Sorry ya guys, namanya juga ibu-ibu, diajak buat nemenin gataunya dianggurin haha" Canda Irene kakak Karina

"Udah biasa lah kita ya Ndu" Kata Caca sambil menyenggol lengan Windu yang dari tadi seperti salah tingkah.

"By the way, aku denger dari ibu katanya kak Irene dokter?"

"Iya Ca, Caca dokter juga kan ya? aku diceritain mama" tanya Irene 

"Iya kak, masih residen sih lagi proses ambil spesialis" Kata Caca

"Wah berarti kamu seumuran Karina dong?" 

"Emang Caca umur berapa?" Tanya Karina yang akhirnya mengikuti obrolan karena namanya disebut

"Tahun ini 25 Rin, lo?"

"Oh sama dong! we should hang out sometimes!"

"Sure! pasti seru hehe gue juga jarang main sama temen-temen kampus karena sama-sama sibuk, jarang ada yang nyambung juga" Kata caca sambil cemberut

"Windu diem diem aja" canda Irene yang melihat Windu sedari tadi hanya memperhatikan mereka berbincang

Windu menaikan kedua alisnya.

"Iya tau nih, grogi kali dia ketemu Karina" kata Caca. 

Di banding ketiga anaknya, Caca memang tempat ibunya bercerita hampir segala hal. Termasuk "kecurigaan" Ibunya tentang Windu yang naksir Karina. Dan Caca sebagaimana kakak perempuan pada umumnya tentu akan menjadikan ini senjata untuk menjaili adiknya. 

"hahah masa sih, kenapa grogi, Win?" Kata Karina sambil tersenyum ke arah Windu yang saat ini mukanya merah seperti kepiting rebus. 

"hah? nggak kok, Rin. Caca emang suka ngaco kalo ngomong, mabok mabokan terus soalnya anaknya"

Kata Windu sambil memicingkan matanya ke arah Caca yang sekarang juga tak kalah galak ekspresinya. Caca menginjak kaki adiknya. 

Irene dan Karina hanya tertawa melihat tingkah kakak beradik itu. 

AngosturaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang