5

1.7K 234 5
                                    

"Oh jadi kamu tuh lama di U.S?"

"Yaa gitu deh, sekolah, sekalian kabur haha" 

Setelah tiba di restoran yang Windu maksud, mereka lalu bertukar cerita. Mendekatkan diri sedikit demi sedikit. Saya kini sudah berubah menjadi Aku. 

Windu juga sekarang tau kenapa nama belakang yang sebenarnya nama tengah Karina itu terdengar seperti nama kelurahan di kota Bali. Ya karena memang ternyata Karina lahir di daerah Jimbaran, Bali. 

Karina sekarang tau Windu berumur setahun lebih muda darinya, dan lahir di saat orang-orang merayakan tahun baru dan memiliki dua kakak perempuan, sama seperti dirinya. 

Siang itu diisi dengan Kwetiau sapi goreng pesanan Karina, rekomendasi Windu tentunya, Nasi goreng seafood kesukaan Windu, dan juga obrolan-obrolan kecil nan menarik tentang satu sama lain. 

Karina masih merasakan perasaan aneh itu. Tapi dirinya menikmatinya. Entah apa dan kenapa. 

"Jadi kamu aslinya sekolah model, Rin?" 

"Iya, penjurusan ku waktu itu memang modeling, aku sempet jadi model juga kok sebentar banget sih, Cuman abis itu berhenti"

Windu menghentikan kegiatan menyedok nasi goreng nya dan menatap Karina seakan ingin mengatakan "Kok? Kenapa? Kamu padahal cantik banget! kamu juga pasti pintar berpose" tapi itu semua tidak keluar dari mulut Windu. 

"Aku kayaknya ngerasa lebih cocok kerja jadi desainer, aku lebih tertarik sama proses gimana baju-baju yang dipakai model-model itu dibikin dan akhirnya sampai ke runaway stage" 

Seperti membaca pikiran Windu, Karina menjawab semua pertanyaan di kepala Windu. Sambil masih tersenyum manis dan menyumpit kwetiau ke mulutnya. 

Windu mengangguk dan akhirnya mengalihkan perhatiannya ke nasi gorengnya lagi. 

"Kalo kamu? dari awal emang pengen jadi fotografer, Win?"

Windu menggeleng sambil masih mengunyah makanan yang ada di mulutnya

Karina sedikit terkekeh melihat wajah Windu yang jujur terlihat seperti anak kecil saat ini, pipinya yang dipenuhi nasi goreng dan mukanya sedikit merah karena kepanasan. lucu.

"Gak juga sih" Windu berhenti berbicara sejenak untuk mengunyah makanan di dalam mulutnya. 

"Aku dulu kuliah kedokteran" Windu melanjutkan, lalu menyuap sendok terakhir dari nasi gorengnya.

Karina yang sedikit kaget mendengar hal itu lalu melihat ke arah Windu dengan tatapan setengah tidak percaya. 

Windu terkekeh. 

"Kok gitu mukanya?" Kata Windu bingung sambil melihat Karina lalu memiringkan kepalanya, Karina pasti tidak percaya, emang muka ku tidak pantas jadi dokter ya? batin Windu. 

"Ya gak papa, kok bisa banting stir jauh banget jadi fotograger?" kata karina sambil memakan kwetiaunya

Windu cuman tersenyum. 

"Ya gatau ya, rencana Tuhan mungkin, kalo aku jadi dokter mungkin aku gabakal seberuntung ini karena bisa makan nasi goreng disini sama kamu sekarang" Kata Windu yang baru saja meneguk minuman soda berlogo 'Badak'

"Halah" Kata Karina yang saat ini tersenyum ke arah kwetiau sapinya karena sejujurnya Karina sedikit salah tingkah padahal demi Tuhan itu adalah rayuan gombal paling payah yang pernah Karina dengar. Karina senang. 

----------

"Kamu ya Win! Kamu ngeremehin bapak ya?!"

Ah, inilah nasib Windu saat ini.  Saat dikiranya Ayahnya akan pulang larut malam, namun kenyatannya pulang lebih cepat dan mereka harus bertemu.

AngosturaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang