Renata mengerjap tak percaya melihat sang suami membawa kue mungil dengan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya malam itu. Gemericik hujan dan angin di luar justru membuatnya hangat karena kejutan yang sama sekali tidak pernah dia duga sebelumnya."Happy birthday, Sweet! Semoga sehat dan selalu menjadi malaikatku," bisiknya lembut tepat di telinga.
Satu kecupan manis mendarat di kening Renata. Dia lalu menarik kedua sudut bibir. Tampak mata indah perempuan berpiyama kuning telur itu berkaca-kaca. Sembari mengucapkan terima kasih, dia menatap wajah Jendra.
"Aku nggak percaya kamu melakukan ini di tengah malam dan ... kue itu? Dari mana kamu menyiapkan semua?"
Senyum hangat tercetak di bibir Jendra.
"Kenapa nggak percaya? Apa aku segaring itu?" candanya seraya menyentil hidung mancung isterinya.
"Ditiup! and make a wish!" titahnya.
Renata tak membantah, dia kalau memejamkan mata dengan bibir terlihat bergerak seperti tengah melangitkan doa.
"Tiup lilinnya, Sayang."
Kembali dia melakukan apa yang diperintah Jendra. Dengan bibir melebar, Renata kembali mengucapkan terima kasih kepada suaminya.
"Selamat ulang tahun, Sweet! Aku nggak tahu gimana caranya membuat malam ini lebih spesial, tapi setidaknya aku sudah mencoba dan semoga kamu happy dan suka!"
"Aku suka! Suka banget!"
Jendra kalau berucap syukur.
"Ikut aku!" ajaknya seraya bangkit dan meraih tangan Renata.
"Ke mana?"
"Ikut aja. Ayo!"
Jendra mengajaknya ke halaman samping. Di sana kembali dia mendapatkan kejutan. Ada mertua dan Karina juga suaminya di sana. Tak ketinggalan tentu saja sang mama. Mereka semua bersama menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan bertepuk tangan gembira.
Tak jauh dari mereka semua, ada meja besar yang dipenuhi dengan aneka makanan lezat yang tentu saja semua itu dipesan Jendra sesuai dengan kesukaan isterinya.
"Mas?"
Jendra tersenyum lebar sembari meraih bahu Renata.
"Jadi Mas meminta mereka semua datang ke rumah dini hari ini? Mas mereka semua pasti punya kesibukan besok dan ...."
"Mereka justru yang punya ide seperti ini. Jadi aku pikir ... kenapa nggak dieksekusi aja?"
Renata mengedarkan pandangan ke para undangan spesial malam itu. Tampak rekan kerja Jendra juga ada di tengah-tengah mereka yang hadir. Satu per satu dari mereka menyalami dan mengucap selamat kepada Renata.
Ada juga Resti di sana, karena teman lama Jendra itu dipercaya olehnya untuk menyediakan beragam hidangan yang ada pada perayaan malam itu.
"Selamat, Renata. Selamat, Sayang. Kamu nggak salah jatuh cinta ke Jendra, Nak. Dia memang pernah salah, tapi dia juga berhak untuk diberi kesempatan, kan?"Diah berkata setelah mengurai pelukan.
"Mama," tutur Renata memberi isyarat agar Diah tidak mengatakan hal itu.
"Kenapa?" tanya Diah penuh selidik.
"Nanti dia besar kepala, Ma!" bisiknya dengan sudut mata mengarah ke sang suami yang tengah berbincang dengan kedua rekan di sebelahnya.
Diah mengulum senyum, kemudian mengangguk paham.
"Jadi apa yang kamu lakukan? Kamu masih mau menyembunyikan perasaan itu padanya?"
Renata menggeleng, sudut bibirnya tertarik singkat. Dia memang memilih kembali ke rumah ini, tetapi ada perjanjian yang tidak tertulis bahwa Jendra harus menahan diri untuk tidak meminta hak padanya sampai semua kekisruhan dengan sang papa selesai. Selain itu harus pria itu juga harus menunggu Renata untuk bisa menuntaskan ganjalan hati yang masih dalam tahap recovery.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disempurnakan Cinta (Sudah Terbit)
RomantikRencana pernikahan yang sudah di depan mata harus pupus karena 'kesalahan' yang sama sekali tidak dia sengaja. Diputuskan sepihak oleh Sena dengan hinaan cukup membuat mental Renata jatuh hingga menutup diri. Apakah mungkin Sena dan Renata bisa kemb...