Pergi

2.6K 378 48
                                    

Jendra memindai gerak gerik istrinya yang tengah membawa piring kotor ke dinding dapur. Sejak tadi sebenarnya dia merasa tidak nyaman karena foto yang dikirim oleh Ranu kepadanya. Terlebih juga karena proyek yang hampir saja dia menangkan gagal.

"Renata!"

"Ya, Mas?"

"Tadi siang kamu ke mana?"

"Ke swalayan belanja kebutuhan sebulan. Aku udah izin dan Mas sudah mengizinkan, kan?"

Jendra tak menyahut, dia tampak membuka galeri ponselnya lalu menyorongkan ke Renata.

"Kamu yakin kamu nggak bohong? Kamu nggak cuma belanja, kan?"

Mata Renata membulat mendengar ucapan sang suami. Dia cepat menggeleng menolak tuduhan Jendra.

"Maksud Mas apa?" tanyanya dengan wajah cemas.

"Kamu lihat aja sendiri!"

Ragu Renata meraih ponsel sang suami. Deretan fotonya bersama Sena terpanjang di sana. Dari foto-foto yang diambil itu tampak Sena dan dia begitu dekat seperti dua orang yang saling berhubungan dekat.

"Ini? Ini aku nggak sengaja ketemu Sena dan ...."

"Jangan kamu pikir aku nggak tahu siapa Sena! Dan jangan coba-coba membohongiku!"

"Aku nggak bohong, Mas. Aku nggak tahu kalau dia di sana!"

"Sena adalah mantanmu, dia memutuskan hubungan kalian setelah tahu kamu melakukan hal yang membuatnya kecewa. Betul begitu, kan?"

Renata memejamkan matanya sejenak kemudian menarik napas dalam-dalam.

"Aku nggak tahu kalau siang tadi dia di sana, Mas. Lagipula, Sena sudah menikah! Lalu aku? Aku nggak mungkin ...."

"Kamu boleh memiliki sejuta alibi. Aku nggak peduli!" potongnya.

"Aku nggak bohong, Mas!"

"Aku nggak peduli!" sentaknya. "Aku nggak peduli kamu berbohong atau nggak! Aku berterima kasih karena kamu sendiri yang membuka identitas siapa sebenarnya dirimu!"

"Mas Jendra cukup!" Renata menggeleng cepat. Matanya mulai berkaca-kaca. "Sebegitu buruknya aku di matamu, Mas? Bahkan kamu hanya percaya dengan apa yang kamu lihat, tanpa mau mendengarkan apa yang aku ceritakan."

"Iya! Aku lebih percaya dengan apa yang aku lihat! Karena aku tahu siapa kamu!"

"Cukup, Mas!" Suara Renata bergetar. "Aku capek! Kamu selalu berputar-putar dengan masa laluku yang sama sekali tidak pernah aku inginkan. Mas Jendra terus menyalahkan dan menyudutkan aku karena hal yang bukan kesalahanku!"

Hening. Jendra bergeming.

"Oke, aku salah! Anggap saja aku salah karena tidak menjaga hal yang paling berharga di hidupku. Tapi jika aku salah apa lantas Mas Jendra benar? Apa Mas Jendra tidak bersalah dengan terus menerus menuduh aku melakukan hal yang sama sekali bukan kesalahanku?"

"Oke mungkin selama ini aku cuma diam. Aku cuma diam saat Mas bilang aku perempuan malam yang gemar menghabiskan waktu di kllub untuk bersenang-senang dan berganti-ganti pasangan." Renata menarik napas dalam-dalam. "Aku memang bukan perempuan sempurna yang Mas inginkan. Aku cuma perempuan yang ingin menjadi baik dan selama ini mencoba terus memantaskan diri sebagai istri untuk suamiku meski tidak pernah dianggap!"

Jendra melirik tajam kemudian menyeringai.

"Entah Mas tahu dari siapa tentang aku, aku juga  nggak peduli! Karena aku ingin menjadi baik tanpa harus mengoreksi dan mengumumkan apa yang terjadi padaku! Aku mau biar Tuhan yang membersihkan namaku di mata suamiku."

Disempurnakan Cinta (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang