kenyataannya, kau memang menjadi bagian dari kisahku yang pilu.
•||•
Sebuah mobil melaju, melintasi jalanan, melewati gedung dan pertokoan. Lalu menepi disebuah tempat penitipan anak, di tengah kesibukannya Reva selalu mengusahakan agar dirinya bisa menjadi sosok ibu bagi Albian. Kisruh perceraian antara Tama dan Karin, yang melibatkan dirinya. Membuat Reva merasa bertanggung jawab atas keamanan balita itu. Reva sadar tak mungkin dia bisa menggantikan posisi Karin sebagai ibu kandung, tetapi bagaimana pun Reva berjanji di akan berusaha memberikan yang terbaik.
"Hi, Albi!" Revanna menghampiri balita yang sedang asik bermain pencil warna itu, dan kemudian memeluknya erat. Isyarat bahwa dia sudah rindu berat.
"Albi, kangen enggak sama momy?" Reva bertanya sambil mendekapnya penuh sayang. Bocah itu mengangguk riang.
Di samping itu, selalu ada Kavian. Bocah laki-laki berusia empat tahun, yang selalu setia menemani dan menjaga Albi. "Eh, ada Abang Kavi." Reva tersenyum hangat.
"Sini-sini, momy punya hadiah loh. Karena abang Kavi, sudah bantu momy jagain Albi." Kavian mendekat dengan mata berbinar.
Satu set mainan lego keluaran terbaru, Reva berikan. "Thank you, momy." Katanya sambil mengecup, pipi Reva sebagai bentuk terimakasih.
"Hahaha, My pleasure baby." Reva tertawa, merasa geli sendiri.
Tiba-tiba saja merasa penasaran, akan seperti apa sosok laki-laki yang menjadi Ayah bocah ini? Tentu sikap romantisnya ini warisan dari sang ayah, kan?
"Dilihat-lihat Kavian semakin lengket aja ya Re sama kamu," Kata Bu Rani, sambil membawa secangkir teh hangat untuk tamu langganannya ini.
"Hati-hati loh, kalau tahu kamu sayang banget sama anaknya, bisa-bisa dinikahin kamu sama dady-nya Kavian." Ujar wanita itu sambil tersenyum penuh arti.
"Dinikahin apanya sih Bu? Gini-gini aku doyannya sama pria single ya, bukan suami orang." Timpal Reva.
"Heh kamu ini ... lagian siapa yang bilang suami orang ," Reva terdiam dengan secangkir teh yang menempel di bibirnya, menatap Bu Rani yang mendekatkan sedikit tubuhnya lalu berbisik, "Dia Duren!"
"Uhukk..." Reva tersedak.
Anggaplah responnya terlalu berlebihan, tetapi Reva sungguh terkejut. Tak menyangka jika ayah anak itu seorang duda, juga hatinya mendadak perih seolah tersayat oleh benda tajam. Ketika menyadari kehidupan yang Kavian jalani ternyata sepi, tanpa riuh suara ibu yang menimangnya penuh cinta.
"Aduh, maaf Re. Ibu enggak tahu kamu akan kaget gini." Kata Bu Rani sambil mengulurkan tisu.
Reva terdiam untuk sejenak, memperhatikan anak-anak di Baby care ini. Mereka lucu dan menggemaskan, terlepas dari orang tua mereka yang memiliki problem. Disisi lain juga ada orang tua yang menitipkan anak mereka, dengan suka rela. Entah bagaimana para orang tua bisa menitipkan anak-anak mereka disini, padahal bayi-bayi mungil ini sedang lucu-lucunya?
"Anak-anak yang dititipkan disini, kebanyakan adalah anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga yang tidak memiliki support yang baik. Entah itu dari segi finansial, tuntutan pekerjaan orang tua, ataupun hubungan keluarga yang tidak harmonis." Ungkap bu Rani, yang dapat membaca keresahan di wajah gadis itu.
"Bahkan, anak yang lahir dengan support yang baik pun ada yang dititipkan disini. Entah apa alasannya, kita hanya tidak perlu menatap mereka dengan tatapan yang menyedihkan." Bu Rani tersenyum, Reva bisa melihat ketulusan di wajahnya
"Dan jangan memandang mereka berbeda, cukup rangkul dan sayangi mereka dengan doa-doa tulus yang tentu di dengar oleh sang pencipta. Selebihnya biarkan cinta kasih Allah, yang akan menuntun mereka menuju kebahagiaan." Ucapan Bu Rani sungguh menyentuh, tanpa sadar Reva meneteskan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor & I; Eccedentesiast
RomanceSejak kecil Revanna sudah mengalami kehidupan yang berat, Ayahnya yang pergi dari rumah tiba-tiba kembali dengan membawa istri serta anaknya. Entah sudah berapa lama perselingkuhan itu, yang Reva tahu ibunya benar-benar setegar karang. Namun, tentu...