[Surgery; It's a beautiful day to save lifes.]
•||•
Ditemani alunan music classic, yang bersenandung hangat. Revanna mematut dirinya di depan cermin, sudah sejak pagi dia menghabiskan waktu didalam ruangan berwarna cream pastel itu dengan perasaan cemas.
Dia sudah mendedikasikan waktunya untuk belajar dan berlatih, tetapi ketika hari yang dia tunggu akhirnya tiba rasanya justru malah semakin mendebarkan. Kemana perginya semangat yang dia tunjukkan kepada Alres ketika makan siang kemarin?
"Menyelesaikan pertarungan tanpa rasa takut. Yang bener aja sih Re, belum apa-apa aja tangan lo udah tremor!" Sesal Reva pada dirinya.
"Bu," gadis itu menatap foto Arumi dengan penuh rasa rindu. "Re harus gimana bu? Apa Re bisa menghadapi hari ini?" Keluh Reva, yang teringat akan kenangannya bersama Arumi.
Wanita itu pasti akan memeluk putrinya dengan hangat, sambil memberikan wejangan-wejangan sebagai penguat. Sebab Arumi sadar, dia tak mungkin bisa memberikan kehidupan yang bahagia untuk Revanna. Menjadi seorang ibu dan ayah, Arumi tak akan bisa mengambil dua peran itu.
Namun, dimata Reva tak pernah ada cela untuk Arumi. Bagaimana pun, Arumi adalah wanita yang kuat dan ibu yang hebat. Meski Surya menyakitinya berkali-kali, tetapi sedikit pun dia tidak pernah melampiaskan kekesalannya kepada putrinya. Justru dia menyayangi Revanna dengan setulus hati, dia lebih memilih memendam amarahnya sampai akhir. Bahkan dia tidak pernah mengizinkan, apalagi menyarankan putrinya untuk membenci sang papa.
Dan sebanyak apapun Revanna mencoba untuk menerima dengan ikhlas, kenyataannya amarahnya kepada sang papa sudah terlalu dalam untuk dibendung. "Tentu Re harus menghadapi hari ini kan bu, Re pasti akan buat ibu bangga!" Revanna tersenyum getir, dia tidak pernah berpikir jika percakapannya dengan ibu akan menjadi sedingin saat ini. Karena Arumi lah satu-satunya kehangatan yang Reva miliki, sebelum bertemu Alres.
🩺🩺🩺
Suasana tampak sedikit kacau, Revanna segera bergegas menuju pusat trauma begitu ia menerima pesan emergency sepuluh menit yang lalu. Gadis itu tampak tergesa-gesa mencepol rambutnya, memakai masker dan segera mengalungi stetoskop.
Suara tangis dan rintih menyatu, terdengar begitu memilukan. Kecelakaan lalu lintas tidak dapat di hindari, mengakibatkan beberapa pengendara mengalami cedera berat. Salah satunya pasien dengan Hemopneumothorax dan cedera limpa.
[Hemopneumothorax; Terbentuknya kolam darah diantara dinding dada dan paru-paru.]
"Suara paru-parunya berkurang di sisi sebelah kiri." Ungkap Reva, sambil melepaskan stetoskopnya.
"Bagaimana dengan pendarahan di dadanya?" Tanya Alres yang datang menghampiri.
"Sekitar 1000 cc di sisi kiri." Sahut Reva.
"Ini Hemoperitoneum, lakukan pemasangan selang dada dan segera pindahkan ke ruang operasi!" Perintah Alres memandu.
[Hemoperitoneum; Akumulasi darah dalam rongga peritoneum. Darah terkumpul dalam ruang antara lapisan dalam dinding perut dan organ-organ perut internal.]
Sejenak dunia yang dia tempati, seolah berhenti bersuara. Dilihat dari segi apapun Pusat trauma yang dia kelola belum bisa dikatakan layak untuk merawat pasien, alkes yang terbatas, tenaga medis yang seadanya. Alres sungguh berharap, untuk kali ini jangan ada nyawa yang menghilang karena ketidak mampuannya ataupun karena keadaan yang terbatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor & I; Eccedentesiast
RomanceSejak kecil Revanna sudah mengalami kehidupan yang berat, Ayahnya yang pergi dari rumah tiba-tiba kembali dengan membawa istri serta anaknya. Entah sudah berapa lama perselingkuhan itu, yang Reva tahu ibunya benar-benar setegar karang. Namun, tentu...