Rasanya seolah terbunuh

302 30 0
                                    

Selama ini kamu menahannya,
bukan karena kamu kuat. Hanya saja
tidak ada siapapun yang
mau mendengarkan kesedihanmu.

•||•

Sejak awal semuanya terjadi begitu saja, tanpa pernah sedikitpun terbesit dipikiran seorang Artama Adiraja. Menjalani pendidikan untuk mengambil gelar spesialis bedah saraf, rasanya tidak terlalu berat bersama Revanna yang selalu berada disampingnya.

Dia perempuan pertama yang membuatnya jatuh hati, juga cinta pertama yang mengukir kebahagiaan dihidupnya. Mengingat bagaimana gadis itu menerima dan memperlakukannya dengan sangat baik, mendukung di setiap apapun pilihannya. Membuat Tama menyesali kebodohannya sepanjang waktu.

Dia sungguh menyesal, bukankah dia pernah menjadi lelaki yang paling beruntung mendapatkan Revanna yang selalu didambakan oleh banyak pria diluar sana? Bukankah dia pemenangnya? Lalu kenapa dia justru menyia-nyiakan keberuntungan yang sudah dia dapatkan?

Tama pikir Karin hanya hiburan disaat dia merasa jenuh, karena Reva yang tak pernah menunjukkan sisi lemah kepadanya. Bahkan saat Ibunya dalam kondisi yang sangat memperihatinkan, setetes air mata pun tidak pernah Reva jatuhkan dihadapannya. Bukankah seharusnya Reva merengek di pelukan Tama?

Waktu terus berlalu, tanpa Tama sadari Karin nyatanya jatuh terlalu dalam. Dia melakukan apapun untuk menuruti ego lelakinya, tetapi cara itu rasanya kurang untuk membuat Tama benar-benar goyah. Karin yang licik itu tahu, sejauh apapun hubungan mereka hanya Reva-lah yang Tama cintai. Karena itu, tak ada pilihan. Hanya cara paling gila yang bisa Karin lakukan, untuk membuat Tama menjadi miliknya.

"Mas, aku hamil." Pengakuan Karin bak petir ditengah teriknya matahari.

"Kamu jangan gila Karin, itu pasti bukan anakku!"

Jelas saja Tama tidak mengakuinya, karena dia tak pernah berpikir sejauh itu akan hubungannya dengan Karin. Berulang kali dia meyakinkan hatinya bahwa Karin hanyalah hiburan. Tetapi kenyataannya dialah yang masuk ke dalam jebakan.

"Tega kamu Mas, kamu pikir aku segampang itu nyerahin tubuh aku ke laki-laki lain?"

"Ya ... lalu kenapa? Kenapa, kamu menyerahkan tubuh kamu ke aku Karin?" Karin hanya terdiam dan menangis. Laki-laki itu membentaknya dengan penuh amarah.

"Kamu tahu aku dan Revanna sudah tunangan, hanya menunggu beberapa bulan setelah kelulusannya kami akan menikah."

"Kalau kamu mencintai mbak Reva, lalu kenapa kamu main gila sama aku mas?"

"Kamu yang merayu ku!" Tuduh Tama, "Aku benar-benar tidak bisa menikahi kamu Karin!" Tegas Tama sekali lagi.

"Enggak bisa Mas, kamu enggak boleh nikahin mbak Reva. Kamu harus nikahin aku, atau anak dikandungan ini akan mati bersamaku." Ancam Karin tak main-main.

"Jangan gila Karin!"

"Aku sudah terlanjur gila Mas karena kamu, jadi bukan hal sulit untuk aku melakukan hal yang lebih gila dari ini."

Begitulah semua kekacauan bermula, sekaligus menjadi akhir kisah Tama bersama Reva. Kini hanya penyesalan yang tak berguna, yang menyiksa Tama sepanjang hidup.

🩺🩺🩺

"Kak Tama cukup!" Teriak Reva setengah berlari, menyesuaikan langkah kaki Tama yang menariknya paksa.

Doctor & I; EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang