Tidak peduli apapun, hatinya hanya diisi oleh ketulusan. Seperti itulah, cinta ibu.
•||•
Aku menarik napas lega.
Matahari yang bersinar hangat, bunga-bunga yang bermekaran, juga tubuhku yang jauh lebih baik. Aku bersyukur untuk semua kebaikan yang sudah ku peroleh, atas belas kasih-Nya kepadaku."Re," panggil Mas Alres, yang sejak tadi tak keberatan mendorong kursi roda yang ku duduki.
Aku menoleh, mengikuti gerakannya yang kemudian berjongkok di hadapanku. "Siang ini, mama sama papa mau jenguk kamu." Kata Mas Alres menggenggam tanganku.
"Saya tahu ini bukan waktu yang tepat, untuk memperkenalkan kamu dengan kedua orang tua saya. Tetapi apapun nanti yang akan mereka katakan, dan apapun pandangan kamu terhadap kedua orang tua saya, pilihan saya ke kamu tidak akan berubah Re!" Dia berkata khawatir, meski pembawaannya tetap tenang. Setenang air danau di tengah hutan, namun sorot mata itu. Aku tahu, mata itu tidak pernah berbohong. Selalu sesuai dengan isi hatinya.
"Mas," Aku melepas satu tanganku dari genggamannya. Melindungi wajahnya dari cahaya matahari.
"Kamu enggak perlu mengkhawatirkan apapun, karena kamu juga akan selalu menjadi yang aku pilih." Aku menatapnya dengan perasaan bersalah.
"Tapi mungkin kamu masih harus terus bersabar, karena perasaan aku yang terus berubah-ubah. Aku takut buat kamu enggak bahagia, aku takut hanya akan membawa kamu ke dalam masalah. Mungkin tokoh antagonis di kehidupanku hanya orang-orang itu saja, tetapi kita tidak pernah tahu kejahatan seperti apalagi yang akan mereka lakukan. Aku—"
"Re," Mas Alres memotong ucapanku, dan menarik tanganku kembali.
"Kita bisa hadapi itu bersama." Dia tersenyum, membuat seluruh tubuhku rasanya dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran.
Laki-laki baik dihadapanku ini, sayang sekali dia pernah di sia-siakan. Andai wanita itu tahu, apa dia akan tetap mencampakkan laki-laki ini? Setidaknya aku berterima kasih, karena dia sudah mencampakkan mas Alres dengan kejam, aku jadi punya kesempatan untuk menjaganya dan tidak akan pernah menyia-nyiakannya.
I promise, Mas!
🩺🩺🩺
"Jadi ini malaikat penyelamat, di keluarga kita?" Seorang wanita dengan keranjang buah, menghampiriku yang melihatnya dengan gugup.
Aku melirik mas Alres, dia mengangguk. Disampingnya berdiri seorang laki-laki yang perawakannya juga tidak berbeda, kulit putih dan tubuh tinggi. Sekarang aku mengerti kenapa mas Alres bisa setampan ini,
"Re, Reva bukan malaikat tante." Jawabku sambil tersenyum kikuk, "Eh, bu maksudnya." Kataku bingung, harusnya tadi aku bertanya pada mas Alres harus ku panggil dengan sebutan apa ibunya yang cantik ini?
"Tidak apa-apa, panggil mama saja." Wanita itu tersenyum lembut sambil mengusap kepalaku, "Mama dan papa sangat berterimakasih, karena kamu sudah hadir ditengah-tengah keluarga kita." Dia menggenggam tanganku dengan tatapan yang dalam.
Aku tidak tahu harus menjawab kalimat itu dengan apa? Tapi aku juga ingin mengucapkan hal yang sama, "Reva juga berterimakasih sudah di terima dengan baik. Juga berterimakasih karena, mama sudah melahirkan putra sebaik mas Alres."
Dia mengangguk dan sedetik kemudian menangis, aku sampai terkejut. Aku melirik mas Alres lagi, dengan tatapan, Apa ada yang salah dengan ucapanku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor & I; Eccedentesiast
Storie d'amoreSejak kecil Revanna sudah mengalami kehidupan yang berat, Ayahnya yang pergi dari rumah tiba-tiba kembali dengan membawa istri serta anaknya. Entah sudah berapa lama perselingkuhan itu, yang Reva tahu ibunya benar-benar setegar karang. Namun, tentu...