You are loved

268 20 2
                                    

You don't need others' opinion to feel loved.

•||•

"Dokter Wisnu?"

"Revanna!"

Dua orang berjubah putih tak sengaja, saling bertemu di depan pintu lift. Dokter spesialis jantung itu, melirik kearah tangan Revanna. Seketika membuat Reva dengan cepat, menyembunyikan suture pad kit ditangannya.

"Alres menekan kamu lagi?" Tanya Wisnu membuka obrolan saat mereka berada didalam lift.

"Ini kesempatan terakhir yang saya berikan, jika kamu bersungguh-sungguh untuk menjadi seorang dokter maka lakukan dengan benar. Tetapi jika tidak, lepaskan snelli itu dan pergilah layaknya seorang pecundang!"

"Pecundang? Dokter tidak berhak menghakimi saya, tanpa tahu apa yang sudah saya lewati untuk berada dititik ini."

"Karena itu, setidaknya buktikanlah kalau kamu bukan pecundang!"

Seketika Revanna teringat akan pertengkarannya dan Alres beberapa bulan yang lalu. Gadis itu menoleh dan sedikit mendongak, melihat laki-laki jangkung disampingnya. "Bagaimana dokter tahu soal itu?" Tatapan mata itu, jelas terlihat Revanna sangat menginginkan penjelasan.

"Saya sangat mengenal Alres, dan bahkan mungkin lebih baik dari kamu Re!" Wisnu tersenyum hangat, ingatannya kembali ke masa lampau.

"Masa-masa kuliah, koas, internship, dan bahkan residensi. Kami lalui bersama, karena itu saat sedang ada masalah rasanya sulit untuk berbohong. Sederhananya, masing-masing dari kami tidak bisa untuk saling menyimpan rahasia. Tidak terkecuali soal kamu Re, karena itu saya tahu semuanya dengan jelas. Meski begitu jangan merasa terlalu terbebani ya Re!" Dokter Wisnu kembali tersenyum.

Dan sejujurnya senyum itu justru yang membuat Revanna merasa terbebani, karena dia tidak tahu harus membalasnya dengan apa. Mengetahui seseorang lebih mengenal Alres dengan baik, membuat rasa percaya diri Revanna seketika menciut.

"Tidak bisa saling menyimpan rahasia katanya, ada banyak rahasia mas Ares yang aku enggak tahu gitu maksudnya!" Batin Revanna membara.

"Enggak bisa dibiarin, aku harus bicara sama mas Alres!" Gadis itu segera bergegas, bahkan tanpa mengucapkan kalimat perpisahan kepada Wisnu.

Sejak awal, Alres memang memiliki kepribadian yang sulit dimengerti. Dia putus asa, tapi justru membuat Revanna ingin bangkit dari penderitaannya. Dia marah, tapi setelahnya akan bersikap baik seolah tidak terjadi apa-apa. Dia mengusir Revanna dan menganggap gadis itu pecundang, tetapi juga menjadi kekasihnya. Dia berjanji untuk terus menggenggam tangan Reva agar tidak terjatuh ke dasar jurang, tetapi terkadang juga melepaskan genggamannya.

Jadi apa yang Reva tidak ketahui dari laki-laki itu?

Sosok seperti apa yang sebenarnya Alres tunjukkan kepada Revanna?

Seperti inikah sikap aslinya atau justru inilah topengnya?

Revanna akan mengetahuinya, setelah menanyakannya langsung kepada Alres. Namun, bukan pertanyaan yang pertama kali Reva ajukan saat melihat Alres. Dia justru menutup rapat mulutnya, sambil bersembunyi saat kedua matanya dengan jelas melihat kedua pengikut pak tua itu menghajar Alres.

Reva ingin mencegahnya, tetapi kalimat pak tua itu membuatnya penasaran. "Jangan pernah mencoba melakukan apapun, jabatan mu sebagai kepala pusat trauma tidak mengubah kekuasaan yang saya miliki!" Dia mencengkram bahu Alres dengan tatapan emosi.

"Tidak akan ada seorang pun yang berpihak pada seorang pembunuh! Sekali lagi kamu mengacaukan rencana yang saya miliki, maka Residen payah itu yang akan menanggung akibatnya!" Alres menepis tangan laki-laki itu, sama sekali tidak terusik dengan ancamannya.

Doctor & I; EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang