bokem

121 23 0
                                    






Pukul 6.22pagi

Kini Zee sedang menunggu Aranza yang sedang di tangani oleh dokter.

Tiba-tiba ia melihat Marsha lewat di depannya, tampaknya Marsha tidak mengenali Zee karena ia duduk menunduk

Zee menolehkan wajahnya ke arah Marsha, Marsha sekarang sadar bahwa itu Zee

Zee yang merasa dirinya butuh kejelasan, ia menarik tangan marsha.

"Apaan" tanya Marsha

"Kamu kenapa" tanya Zee
"Lah lo yang kenapa" ketus Marsha

Zee pun tambah bingung dengan jawaban dari Marsha. 'lo gua?' mungkin itu yang berada di dalam benak Zee

"Kayaknya kita salah paham" ucap Zee

"Salah paham apanya udah lah lo buaya" sahut Marsha

"Aku benar-benar ga ngerti Sha" ucapnya lagi

"Udahlah Zee. Kamu minggu kemaren nembak aku kan? Terus kamu tinggalin aku gitu aja?"jelas Marsha

Zee yang mendengar itu pun berusaha untuk mencerna perkataan Marsha.

Pasalnya ia menganggap Marsha tidak mempunyai perasaan yang sama padanya.

"Sha, aku kiranya kamu nolak aku" ucap Zee

"Ha?" Mulut Marsha menganga

"Aku pikir kamu ga punya perasaan yang sama ke aku. Lagian pas aku nyatain perasaan aku ke kamu kamu ga jawab apa-apa itu yang bikin aku bingung. Toh lagian kamu juga selalu ngehindar dari aku" jelas Zee

"So?" Tany Marsha

"Aku mau ngelurusin hubungan kita, aku mau kita menikah secepatnya " ucap Zee

"Secepet itu?"

"Iya. Ini aku bawa cincin buat kamu"

Zee pun menunduk lututnya menempel pada keramik rumah sakit.

Ia segera membuka kotak perhiasan yang berisi cincin untuk melamar Marsha

"Not interested in the perfect, better perfect the now with me" ucap Zee

Marsha hanya terdiam, ia sepertinya sangat senang. 'secepat itu?' mungkin itu yang berada di benak pikirannya

"Kamu mau?" Ucap Zee

Marsha lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan tersebut, namun ia mengangguk, pertanda ia mau menjadi istri dari Zee.

Zee pun dengan segera memasangkan cincin tersebut pada jari manis Marsha.

Mereka pun berpelukan sangat erat, mereka sangat senang.

•••

Di apartemen Ashel.

Ia membuka matanya perlahan, terlihat Adel yang masih lelap tertidur.

Ashel segera membangunkan Adel, karena Adel saat ini harus bekerja

"Adel, bangun" ucap Ashel

"Emphh..."

Adel pun membuka matanya, ia melihat cahaya matahari yang sudah memasuki jendela.

Ia juga melihat cahaya Asia, itu adalah Ashel.

"Mandi gih" ucap Ashel

Adel pun menurut, ia segera beranjak dari kasurnya dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Ashel yang bosan, ia mendengar suara notifikasi dari handphone milik Adel.

'Hapsari PrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang