Chapter 01

1.3K 122 4
                                    





Dua orang pria tampak menikmati waktu mereka di tepi pantai yang kosong, hanya ada mereka berdua di sana. Si cantik terus berlari-lari sepanjang bibir pantai dengan sesekali melihat ke arah belakang. Melihat seseorang yang wajahnya tidak terlihat karena dia membelakangi matahari. Namun, tubuhnya kekar dengan delapan kotak di perutnya, juga tangan kanannya yang penuh dengan tato.


Si cantik mengambil sebuah ranting kecil dan mulai menuliskan sesuatu di atas pasir. Seolah tak mendukung, ombak menghapus ukiran nama itu dan hanya menyisakan tulisan Kim dan Jeon.


"Dasar ombak jahat. Bisa-bisanya dia menghapus ukiran yang sudah aku tulis."


"Bukan ombak yang jahat, Baby. Kau saja yang menulisnya terlalu dekat dengan bibir pantai. Lihat, ombaknya sampai ke sini dan tentu saja akan menghapus ukiran yang kau tulis. Coba saja kau menulisnya agak menjauh dari bibir pantai atau tempat yang tidak terkena air ombak, pasti ukirannya akan bertahan sedikit lama."


"Hyung membela ombaknya? Ya sudah, kalau begitu hyung saja yang jahat."


"Jangan terlalu terpaku pada hal yang cepat hilang, Baby. Aku tidak peduli dengan ukiran nama kita di atas pasir pantai begitu. Karena seperti yang sudah kau lihat, ukiran itu hilang disapu ombak. Yang selamanya terukir hanyalah di hati kita. Namamu selamanya terukir di jantungku dan aku harap namaku juga terukir di jantungmu."


"Hyung, aku sudah mencintaimu sedalam-dalamnya. Namamu tidak akan bisa hilang dari sini." Si cantik menunjuk dadanya sendiri. "Sejauh apapun kau pergi dariku, atau sejauh apapun aku pergi darimu, cinta akan menuntun kita untuk bertemu kembali. Cinta kita akan menemukan rumahnya masing-masing dimana nama kita berdua telah terukir di sana."


"Aku senang mendengarnya, Baby."


Pria bertato itu memeluk si cantik dan memberikan ciuman di bibirnya. Namun tetap saja, wajahnya sama sekali tidak terlihat.


"Aku mencintaimu, hyung."


"Aku juga mencintaimu, Baby. Kita sudah tahu tentang perasaan kita masing-masing."


"Jangan tinggalkan aku."


(Singularity, Chapter 23)






Namun, yang selanjutnya terjadi adalah si pria cantik itu duduk di pagar pembatas jembatan, lalu menjatuhkan dirinya ke sungai.


Tak berhenti sampai di situ, pria bertato juga melakukan hal yang sama. Berdiri di atas pagar pembatas jembatan dan juga menjatuhkan dirinya ke sungai.








































"JANGAAAAAAN......!!!!"



Seorang pemuda cantik — wajahnya persis sekali dengan wajah si cantik yang tadi. Dia terduduk dengan tangan yang berusaha menggapai sesuatu. Napasnya terengah dan keringat berjatuhan di keningnya.


Dia mengambil ponselnya dan melihat waktu yang masih pukul enam pagi. Lagi-lagi dia dibangunkan oleh mimpi indah sekaligus buruk itu!!


Di layar ponselnya juga dia melihat sebuah pesan yang dikirimkan oleh kontak bernama "Nana".


Dia membuka pesan itu dan membacanya sebentar, lalu menurunkan ponselnya hingga ke dekat kakinya. Sementara dia menatap lurus ke depan sembari menghapus keringatnya.


SINGULARITY 2 [ KookV ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang