Chapter 12

660 99 10
                                    





"KENAPA?"


V menoleh ke arah pintu dan mendapati Yoongi di sana sedang menatapnya dengan tatapan tajam.


"Kenapa kau bisa mengatakan itu kepada Jimin? Bagaimana bisa kau merasa lega disaat Jimin kehilangan janinnya? Dimana rasa empatimu, V?" tanya Yoongi geram.


"Aku tidak punya rasa empati sedikitpun untuk saat ini, hyung. Mungkin setelah ini kalau Jimin mendapatkan masalah lagi, baru aku bisa berempati. Tapi untuk saat ini, aku tidak bisa melakukan itu. Jimin pantas menerima ini semua. Dia harus menjalani karmanya."


"Kau selalu membicarakan karma. Karma apa yang harus Jimin dapatkan?"


"Jangan berpura-pura lupa atau bahkan tidak tahu, hyung. Kau salah satu pemeran penting dalam kisah itu. Kau tidak lupa kan bagaimana perbuatan Jimin di masa lalu untuk Taehyung? Dia yang membuat hubungan kalian berakhir? Dia juga yang menjadi penyebab Taehyung kehilangan janinnya. Kau tidak lupa dengan itu semua kan, hyung?"


"Kenapa kau harus membahas ini, V? Semua itu sudah berlalu."


"Taehyung sudah pergi, tapi tidak dengan kisahnya. Penyesalan bukan karma terbaik. Pemeran antagonis harus mendapatkan karma yang sepadan dengan penderitaan dari perbuatannya. Dan dalam kisah itu, Jimin adalah pemeran antagonisnya. Dan ya— aku tidak malu mengatakan kalau aku lega saat Jimin kehilangan janinnya. Katakan saja aku jahat dan tidak berempati, aku tidak peduli."


"Aku minta maaf!!" lirih Jimin. Dia menundukkan kepalanya sembari meremat kedua tangannya. Air matanya dia biarkan jatuh mengenai tangannya.


"Aku kira kau akan sama dengan Taehyung. Ternyata aku salah. Kalian berbeda!!" ucap Yoongi.


V menyeringai kecil. "Sejak awal kami sudah berbeda, hyung. Aku adalah Victory Kim, bukan Taehyung. Hanya wajah kami yang sama, tapi tidak dengan sifat kami. Aku bukan Taehyung yang baik hati, yang terlalu lemah dan akan selalu memaafkan seberapa besar pun kesalahan seseorang kepadanya. Maaf, aku tidak se-naif itu. Mungkin kalau Taehyung masih hidup, sebesar apapun kesalahan kalian, dia pasti akan memaafkan kalian. Tapi sekali lagi aku bukan Taehyung. Aku pendendam, hyung. Aku tau itu adalah kisah Taehyung di masa lalu, tapi aku dendam untuk itu. Jadi jangan salahkan aku kalau aku membenci Jimin dan tidak merasa empati dengan keadaannya. Doakan saja aku bisa bersikap baik setelah ini." V pun langsung keluar dari ruangan Jimin.


Setelah V pergi, Yoongi mendekat ke arah brankar Jimin dan langsung memeluk tubuh istrinya itu.


Dalam pelukan Yoongi, air mata Jimin jatuh dengan derasnya. Dia terisak di sana seolah ingin meluapkan sesak di dadanya.


"Maafkan aku, hyung. Aku gagal menjaga anak kita. Dia sudah pergi. Aku bersalah!!"


Yoongi semakin mengeratkan pelukannya pada Jimin dan sesekali mencium ujung kepala Jimin. "Jangan salahkan dirimu, Jimin-ah. Aku tidak marah. Yang paling penting sekarang adalah kau harus cepat sembuh. Aku tidak mau terjadi apa-apa kepadamu."


Jimin melonggarkan pelukannya dan mendongak menatap Yoongi. "Hyung, aku tidak mau rahimku diangkat. Kau tidak setuju dengan perkataan dokter, kan? Kau tidak menandatangani pernyataan itu, kan?"


"Kau mau aku melakukan apa, Jimin-ah? Aku tau ini sangat berat untuk kita, terutama untukmu. Tapi apa yang bisa aku lakukan selain menuruti perkataan dokter?"


"KENAPA? KENAPA KAU SETUJU UNTUK MENGANGKAT RAHIMKU, HYUNG? APA KAU TIDAK INGIN PUNYA ANAK DARIKU?" teriak Jimin.


"Jimin, tenanglah!! Dokter sudah menjelaskan semuanya kepadaku. Nyawamu bisa terancam kalau kau masih mempertahankan rahim itu. Kau bisa pergi dariku kapan saja kalau rahim itu masih ada. Cukup, Jimin-ah. Sudah cukup Taehyung yang pergi dariku, tolong kau jangan pergi juga. Tidak apa-apa bagiku tidak punya anak, asalkan kau tetap ada di sini. Jangan buat aku merasa kehilangan lagi."


SINGULARITY 2 [ KookV ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang