4. kasar

1.9K 120 36
                                    

Rabu 19 Januari 2022

"Gue itu mau keluar anj*ng!!! Bukain pintunya gobl*kk!!!" Teriak Darentra dari tadi menyuruh para penjaga di luar kamarnya untuk membukakan pintu kamarnya.

Pagi-pagi sekitar jam 6 di sebuah rumah yang mewah itu sudah ada keributan yang terjadi. Laras hanya bisa terdiam karena Celvo yang menyuruhnya untuk tidak membantu Darentra keluar dari kamarnya. Apalagi dirinya juga hanya memberikan seorang Daren bubur dengan air putih saja.

Sebenarnya di rumah itu sekarang  hanya ada Darentra, maid, dan para bodyguard saja. Tetapi di rumah itu terlihat sangat ramai karena di seluruh tempat hanya ada satu tempat yang tidak ada orangnya. Bahkan kamar Laras saja dijaga meskipun tidak ada orangnya.

Ini sudah kamar terpasang CCTV, handphone milik Daren tersita lagi. Jujur saja Darentra sebenarnya ingin keluar dengan suatu alasan juga. Tidak tau cara menjelaskannya bagaimana, dirinya dari tadi merinding sendiri melihat sudur ruangannya yang terdapat sesosok makhluk lagi. Bagaimana tidak? Cahaya dari balkon hanya menerangi kasur Darentra saja sedangkan beberapa sudut terligat gelap, juga karena warna ruangan ini.

Darentra juga sudah mulai lapar. Bubur yang ada di meja belajarnya itu sangat tidak disukai oleh dirinya. Dengan teriakan nya itu yang sudah mulai sangat lama ia keraskan, tenggorokannya menjadi sakit dan tetap memaksakan diri untuk tidak makan dan minum sebelum Darentra diizinkan untuk keluar.

Lihatlah, bibirnya yang sangat menawan itu sekarang sungguh pucat. Badannya lebih kurus untuk beberapa hari ini. Bahkan tenggorokannya saja sangat kering.

Jangan lupa, tadi malam itu Darentra sangat kedinginan. Untung saja ada Albi yang sangat peka. Jika tidak, siapa lagi yang akan merawatnya.

Dan sekarang, Darentra masih belum memakai pakaian dan membiarkan tubuhnya terserang oleh rasa dingin yang membara. Sebenarnya itu juga ia lakukan agar dirinya mendapat simpati dari sang ibunda.

"Woyyy!!! Buka pintunya!!" teriak Daren.

Akhirnya karena tenggorokannya yang sangat sakit dan sekarang dirinya menjadi sangat lemas pun segera menyalakan lampu kamar nya meskipun akan sangat terang dan menuju ke meja belajar untuk melakukan sesuatu.

Darentra menyiapkan sebuah buku dan mulai menggambar untuk mengurangi rasa takutnya itu. Hingga tak terasa jikalau tubuhnya benar benar tidak bisa melakukan sebuah kegiatan lagi.

Darentra menjatuhkan pensil yang ia pegang dan tubuh nya terbaring dalam meja belajar itu. Seorang Celvo yang dari tadi memantau calon anaknya itu pun langsung menunjukkan ekspresi wajah yang sedikit cemas. Tetapi memang ini sudah diduga.

Dari kejauhan dirinya memanggil seorang dokter pribadi milik keluarganya dan langsung sampai begitu saja. Dokter itu memasuki ruangan Darentra dan memperlihatkan seseorang yang tertidur di meja belajar.

Sebenarnya dokter itu sudah stay di sana untuk menunggu part di mana sang pasien sudah tidak sadarkan diri karena perintah Celvo. Jikalau sampai memberikan obat tidur itu juga bahaya efeknya. Jadi menurutnya menungggu sampai saat ini saja.

Dokter itu bernama Jeffry. Dokter Jeffry mengangkat Darentra ke kasur dan mulai memeriksa beberapa bagian tubuhnya. Seperti yang di duga , tubuh anak remaja yang satu ini memang sudah tidak kuatan dari dulu.

Jeffry mulai memakaikan baju pasien yang dibawanya dan memasang infus di tangan Darentra. Sesaat setelah menyuntikkan jarum, tangan lain Darentra meremas kasurnya dan menandakan jika Darentra kesakitan. Tetapi hebatnya seorang Darentra Magatra yang biasanya langsung berkata kasar pun sekarang terdiam membuka matanya sedikit dan tidak bisa berkata-kata.

"Kenapa? Tidur aja, pasti sakit ya?" tanya Jeffry yang tengah merapikan barang-barang nya.

Darentra hanya menganggung karena rasanya saat ini tenggorokannya tidak bisa dikontrol. Sangat sakit hingga sulit untuk menelan salivanya.

DARENTRA Jiwa yang Terluka [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang