9. Daren takut

1.3K 96 32
                                    

Rabu 26 Januari 2022

Sudah dapat dipastikan jika mereka berdua kini aman dan hanya perlu menunggu waktu untuk sadar.

Darentra yang juga diinfus itu menemani Albi di sampingnya karena merasa bersalah. Meskipun ini sudah malam , dirinya tetap memaksakan diri untuk menjaga Albi.

Rasa bersalah itu menghantuinya. Jika bukan karena Darentra berada di hutan itu , pasti Albi tidak akan seperti ini.

Laras dan Celvo antara senang dan sedih, raut wajah mereka itu tidak dapat dipastikan juga dengan perasaan mereka setelah melihat Darentra sekarang.

Setelah mendapat pengobatan dari Jeffry juga, Darentra sudah duduk dari tadi di sampingnya Albi untuk menunggunya sampai siuman.

Melihat kedua anaknya yang sama-sama terluka itu, Celvo jadi mengurungkan niatnya untuk menanyakan semua yang terjadi kepada Darentra.

Laras juga yang membuat Celvo mengurungkan niatnya. Karena menurut Laras, dari raut wajah Darentra saja sudah bisa dijelaskan jikalau Darentra sedang takut akan sesuatu dan sangat cemas.

Cakaran tepat di dadanya itu sangat menusuk hingga dalam dan membuat pendarahannya sangat banyak. Untung saja tadi lukanya ditekan oleh Darentra agar tidak pendarahan lebih hebat.

Sambil duduk dan menggenggam erat tangan Albi, Darentra menatap mamanya itu.

"Ma . . . Daren takut. . . " Ucapnya sangat lirih.

Laras yang mendengar kalimat pertama keluar dari mulut anaknya itu sontak menatap Darentra dengan tatapan khawatir.

Akhirnya Laras menyuruh Darentra untuk duduk di sampingnya bertukar dengan Celvo dan bersandar di paha Laras. Untung saja sofa yang berada di ruangan mereka berada itu sangatlah besar.

Tanpa disadari, Darentra tiba - tiba menangis tersedu-sedu dan menenggelamkan wajahnya di perut kurus Laras itu.

Hiks . . . Hiks . . . Hiks . . . .

"Ada apa? Daren bisa cerita ke mama," ucap Laras menenangkan anaknya sambil mengurai rambut anaknya itu.

"Daren takut papa ma . . . " Ucap Darentra yang sejak tadi menahan tangisan yang akan keluar dan berakhir pecah juga.

Laras tidak terkejut lagi akan perkataan dari Darentra itu. Memang wajar jika Darentra bertemu dengan Arga maka akan sangat ketakutan.

Sejak Darentra kembali juga Celvo menjelaskan kepada Laras tentang apa yang terjadi. Namun Celvo hanya tau tentang kenyataan jika Celvo dirawat di rumah Arga karena terjadi sesuatu tanpa tau jikalau Darentra baru saja di leceh*an oleh seorang guru.

"Sekarang sudah aman. Mama di sini ya sayang? Jangan nangis ya? Tidur aja." Ucap Laras menenangkan Darentra sambil mengusap rambutnya itu.

Kejadian ini benar - benar membuat Darentra yang tadinya hampir saja mengikuti kejuaraan nasional menjadi gagal dengan sangat sia - sia telah menghabiskan begitu banyak waktu.

Akhirnya karena kelembutan dari Laras, Darentra pun tertidur dengan sangat lama dan menjadi hal yang sangat disyukuri.

*****

Kamis 27 Januari 2022

Terik sinar matahari yang menembus jendela rumah sakit itu menusuk tepat ke arah mata seseorang yang sedang tertidur dengan sangat lelap.

Matanya yang sangat berat untuk dibuka itu seolah - olah menyuruhnya untuk kembali tidur saja dan hiraukan sinar matahari itu.

"Sshh . . . " Albi sekarang tengah terbangun dari tidur nya yang lumayan panjang seakan - akan sudah beberapa hari tidur dengan rasa sakit itu.

DARENTRA Jiwa yang Terluka [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang