Selasa 18 Januari 2022.
Sore hari yang diikuti dengan derasnya air hujan dan kencangnya angin itu bukanlah hal buruk. Ruang tamu yang terdapat TV besar di depan sofa itu menyala terus menerus dan menampakkan jikalau yang ada di TV adalah film remaja.
Darentra pada sore itu menghabiskan waktunya di ruang tamu dengan ditemani oleh Albi karena hujan yang deras itu membuat orangtua mereka tidak bisa pulang cepat.
Alasan mengapa Darentra tidak bermain handphone ialah karena Celvo dan Laras. Mereka berdua menyuruh Albi untuk melarang Darentra bermain handphone dan lebih baik menonton TV dari jarak yang lumayan.
Sepulang nya dari sekolah tadi Darentra hanya memakan telur dadar dan nasi yang hanya sedikit. Dirinya malas untuk makan dan hanya ingin bermain handphone tetapi dilarang. Jadinya menonton TV saja.
Rumah yang besar itu hanyalah berisikan dua orang saja di dalam nya. Bahkan hanya terdengan suara dari TV dan suara rintikan hujan yang sangat deras.
Darentra hanya fokus menonton sedangkan Albi fokus dengan laptopnya yang entah membuka apa. Dari tadi pads saat Darentra tertawa, Albi hanya tetap fokus pada laptopnya.
Di tengah-tengah acara menonton TV, lampu tiba-tiba saja mati yang menyebabkan Darentra takut dan berlari kecil ke tempat Albi berada yang tidak jauh.
Albi yang melihat tingkah lakunya itu tertawa kecil. "Jangan takut, udah tidur saja gih," suruh Albi menenangkan Darentra.
Darentra yang harus tetap terlihat cool pun menjauh sedikit. "Mama kapan pulang?" Tanya Darentra.
"Kata dady nanti malam." Jawab Albi yang hanya dibalas dengan anggukan.
Demi apa, pikiran Darentra sekarang sedikit acak-acak an karena melihat beberapa sudut rumah yang sedikit terasa seram itu. Tiba-tiba saja dirinya merasa merinding dan berkeringat dingin. Itupun tidak luput dari Darentra yang tidak suka kegelapan dan selalu menyalakan lampu jika tidur. Tetapi dengan obat, Darentra bisa menetralkan rasa takutnya.
Dirinya mulai kembali mendekat ke Albi hingga mereka tidak berjarak. Albi yang melihat calon adiknya itu ketakutan pun tertawa kecil dan melanjutkan pekerjaannya meskipun dapat menyebabkan radiasi. Bagaimana juga, pekerjaannya itu juga penting.
Asal kalian tau saja, Darentra adalah anak Indigo dan bukan indihome. Seiring berjalannya waktu, Darentra semakin ketakutan dengan apa yang bisa dilihatanya sejak dulu.
Flashback
Di dalam rumah lamanya yang sangat besar itu, Darentra hanya sendirian karena orangtua nya yang sedang bekerja. Tepat pada saat itu Darentra menginjak kelas 1 Sekolah Dasar.
Hari itu pertama kalinya anak kecil yang sangat manja itu sendirian di rumah tanpa ada teman. Laras yang selalu menemani Darentra karena kelebihan anaknya itu harus terpaksa meninggalkan nya sendirian karena suatu pekerjaan yang benar-benar sangat penting dan tidak bisa diganggu gugat.
"Daren sayang, mama berngkat ya. . Kalau Daren ngelihat yang aneh-aneh, jangan bereaksi. Daren harus pura-pura biar mereka enggak gangguin Daren lagi. Tapi kalau emang Daren bener-bener ketakutan, minum obat aja ya? Obatnya mama taruh di meja belajar kamu." ucap Laras pergi dengan langkah kaki yang tergesa-gesa.
Setelah mamanya itu pergi, rumah yang awalnya dirasa Darentra baik-baik saja pun tiba-tiba menjadi ada yang tidak beres. Darentra menolak keras adanya hal-hal aneh. Dirinya mencoba berfikiran positif jikalau perasaan aneh itu karena ini sudah jam malam.
Karena kelaparan, anak kecil itu mencoba mencari sesuatu di dapur dan terpaksa keluar dari kamar nya malam-malam meskipun sedang ketakutan.
Mamanya sudah menyuruhnya untuk diam saja di kamar jika sedang ketakutan dan jangan memaksakan diri untuk keluar. Tunggu saja sampai Laras pulang ke rumah. Tetapi Darentra sudah merasa sangat lapar, jadi ya bagaimana lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARENTRA Jiwa yang Terluka [End]
AcakAwal nya hidup seorang pemuda yang masih belum bisa berfikiran lebih dewasa itu baik-baik saja dan dapat dijalani dengan tenang. Hidup bebas tanpa ada kekangan dari mamanya dan memiliki mama yang begitu sabar sudah cukup bagus baginya. Meskipun tida...