Rabu 26 Januari 2022
Cahaya dari sebuah ventilasi kaca itu menembus permukaan kaca dan menyinari mata yang tertutup rapat hingga mulai terbuka perlahan-lahan.
Wajah yang sangat pucat dengan badan yang semakin hari semakin kurus. Hanya bisa diam menerima keadaan dan pukulan berat dari lingkungan nya itu.
Kini seorang laki-laki yang mungkin bisa dibilang sangat sengsara dalam hidupnya itu sedang melihat ke berbagai arah dari ruangan itu.
Tangan nya yang diinfus sangat terasa sedikit sakit. Ia tidak nyaman sekali jika sudah berhubungan dengan hal itu.
Ruangan yang sekarang ia tempati sangat asing baginya. Bahkan tidak ada satupun sudut yang dapat dikenali dengan jelas.
Ceklek . . .
Pintu terbuka dari luar. Darentra hanya bisa mematung dan memasang wajah yang sangat terkejut. Melihat apa yang ada di depannya itu, rasanya ia tidak percaya dengan matanya sendiri.
"Welcome baby boy. . . " Ucap seseorang yang mulai mendekati Darentra perlahan - lahan sambil membawa suntikan.
"Pa-. . ." Ucap Darentra namun ia mencoba tidak memanggilnya dengan sebutan itu.
Lihatlah, tubuh Darentra kini benar-benar sangat berkeringat dengan tiba-tiba. Rasanya lebih baik mati daripada melihat kenyataan. Banyak sekali hal yang ingin dilakukannya sebelum mati. Tetapi sepertinya kali ini Darentra memasuki neraka dengan keadaan hidup.
Magatra Argara Lavetro mantan suami Laras yang sangat dibencinya itu kembali hadir dalam hidup Darentra. Entah apa yang akan terjadi kedepannya, neraka senantiasa bersamanya. Setiap detik, bisa saja Darentra mati dalam sekejap.
Pria dewasa itu menatap anak laki laki nya dengan tatapan yang sangat tajam. Sesampainya di kasur, Arga menyuntikkan sesuatu ke leher Darentra. Darentra hanya bisa diam dan memejamkan matanya sebentar ketika jarum suntik itu menembus ke permukaan kulitnya.
Siapa sangka, semakin melawan itu semakin membuat Darentra terancam punah. Itu sudah menjadi kebiasaanya dari kecil. Rasa takut selalu menghantuinya ketika menghadapi papanya sendiri.
Kali ini, hanya bisa bertaruh. Siapakah yang benar-benar mendapatkan Darentra. Entah Laras atau Arga. Kali ini, keberuntungan berpihak kepada Arga karena dirinya mendapatkan anaknya yang telah lama diincar.
"Tidurlah. Papa tidak akan menyakitimu kali ini." ucap Arga dengan perubahan besar dari kata-katanya yang menjadi lembut itu sungguh membuat Darentra menjadi bingung. Entah harus bagaimana caranya bersikap.
"Dikira bego kali ya gue. Suntikan itu kalo ngga sakit dibilang apa sat!" Gumam Darentra dalam hati.
Darentra hanya bisa terdiam. Entah suntikan itu bahaya atau tidak, intinya efek dari suntikan itu langsung berjalan. Seiring berjalannya waktu, Darentra tertidur hanya dengan hitungan beberapa menit.
Arga kali ini benar-benar keluar dan menutup pintu ruangan yang kini ditempati Darentra serta mengunci pintunya.
Sementara di sisi lain, keluarga Laras mencari Darentra yang sudah hilang selama beberap hari itu. Kabar terakhir, Darentra berada di sebuah restoran. Jejak selanjutnya belum ditemukan.
Laras kini tengah menangis tersedu-sedu di kamar nya itu. Celvo hanya bisa memeluk Laras dan mencoba menenangkannya meskipun sangat sulit sekali. Beberapa hari itu, Laras menjadi lebih kurus.
"Daren mas . . . " ucap Laras sambil memeluk Celvo erat dan tidak ingin melepaskan suaminya itu.
"Udah ya sayang? Daren pasti balik kok," ucap Celvo mencoba menenangkan istrinya yang tidak kunjung berhenti menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARENTRA Jiwa yang Terluka [End]
OverigAwal nya hidup seorang pemuda yang masih belum bisa berfikiran lebih dewasa itu baik-baik saja dan dapat dijalani dengan tenang. Hidup bebas tanpa ada kekangan dari mamanya dan memiliki mama yang begitu sabar sudah cukup bagus baginya. Meskipun tida...