18. Guru yang membagongkan

575 55 97
                                    

🚫Chapter ini sedikit tidak nyambung karena author yang kehabisan idea. Boleh skip langsung chap selanjutnya. Tapi lebih baik baca ini juga.

Malam hari telah tiba, jam tidur telah datang. Selesai makan malam bersama dengan keluarganya, Darentra yang pertama kali pergi dan segera menuju ke kamar Albi berada.

Sesuai dengan perintah Darentra, para bawahan Celvo itu segera mengangkat sebuah rak untuk di taruh di ruang kamar Albi.

Seperti anak kecil yang sedang ingin bermain, setelah makan bersama Darentra langsung kembali ke kamar Albi untuk bermain seluncuran yang berada di kasur. Bahkan setelahnya ia bermain lego yang terlihat sangat banyak sekali Albi mengoleksinya.

Menyusun dan memasang satu per satu hingga tersusunlah sebuah rangkaian mobil yang terbuat dari lego. Tidak lama ia menyusun lego tersebut, karena memang dari dulu hobinya menyusun lego. Bukan barbie.

Sepertinya karena terlalu fokus dengan bermain, Darentra jadi tidak memperhatikan jam yang menunjukkan jika kini sudah tengah malam dan Albi belum kembali.

Akhirnya karena penasaran di mana keberadaan Albi, Darentra segera pergi turun ke bawah untuk mengecek apakah kakaknya ada di bawah. Langkah kakinya sangat pelan sehingga tidak terdeteksi suaranya. Namun masih tidak lepas dari pandangan beberapa bawahan yang berada di dalam mansion itu. Bahkan Pray sudah saling bertatap tajam dengan Darentra.

'Tuh mata pengen gue colok as*!' Batinnya menatap tajam Pray. Tetapi setelah beberapa detik saling bertatapan dengan Pray, atensinya menjadi memperhatikan ruang tamu tersebut yang terdapat beberapa orang yang lebih tua darinya. Juga terdapat koper yang dibawakan oleh seseorang lebih tepatnya seperti bawahannya.

"Darentra? Tidak tidur?" Tanya Laras yang tidak sengaja memperhatikan putranya berjalan ke bawah dari tangga dengan mengendap-endap.

Darentra langsung terkejut karena mamanya menyadari langkahnya, "Haus," Jawabnya secara acak karena tidak tau ingin membuat alasan seperti apa.

"Sini duduk," Ucap Laras menyuruh Darentra sambil menepuk bagian samping sofa yang kosong.

Tanpa menolak, Darentra segera berjalan mendekat dan duduk di samping Laras. Hanya saja ia sedikit gugup melihat orang yang tidak dikenalnya itu. Tangannya sedikit bergemetar asal kalian tau.

Seorang ibu yang baik, Laras peka terhadap anaknya dan memegang tangan Darentra bermaksud untuk sedikit menenangkannya.

"Jangan membuat onar di sekolah Darentra," Ucap Celvo menatap Darentra yang membuat anak yang ditatapnya sedikit terkejut karena perkataan yang tiba-tiba.

"Guru-guru komplen gegara kejadian waktu lalu. Sudah diputuskan jika anak mama ini bikin onar lagi, hukuman masih tetap hukuman." Tangan Laras bergerak merapikan rambut Darentra yang sedikit berantakan sambil tersenyum.

Wajah Darentra yang tadinya masih ada senyum sedikit pun kini menjadi sedikit malas untuk tersenyum rasanya. Terlebih lagi apa maksud dari orang yang berada di depannya ini untuk datang malam-malam. Kenapa tidak siang saja? Sangat membuat kesal orang saja.

Vote nya kawan.

*****

Berbohong jika mengatakan baik-baik saja. Seorang remaja yang sudah sedikit agak lama tidak masuk itu sekarang tertekan karena guru yang terus saja memojokkannya karena masalah beberapa hari lalu.

Tugas yang diberikannya sangat khusus untuk Darentra sedangkan materi yang didapatkannya saja tidak ada yang tercatat sedikitpun.

DARENTRA Jiwa yang Terluka [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang