Minggu 23 Januari 2022
Sore harinya ketika Darentra telah selesai dengan waktu les nya itu, Darentra segera mencari mama nya dengan keadaan tangan yang masih berwarna merah.
Darentra ingin segera meminta izin karena dirinya akan berangkat bersama dengan Akmal. Alasannya sederhana. Handphone Darentra belum kunjung dikembalikan dan ia tidak tau di mana alamat tempat berkumpul. Jika tidak boleh, Darentra akan menghampiri Akmal di depan pagar untuk mengatakan jika dirinya tidak boleh. Jika boleh, maka akan berangkat bersama menggunakan motor Akmal.
Di setiap langkahnya terasa sedikit berat karena takut jika Laras tidak mengizinkannya. Apalagi itu acara mungkin adalah kejadian langkah di mana alumni alumni berkumpul. Maka dari itu, Darentra banyak berdoa agar dirinya diperbolehkan.
Waktu yang dinanti pun tiba. Laras kini berada di depannya dan hanya memanggilnya saja maka mereka akan berhadapan langsung. Darentra sedikit cemas karena takut tidak diizinkan.
"M-ma. . " panggil Darentra sedikit takut.
Laras menoleh ke belakang dan segera memajukan badannya beberapa langkah agar lebih dekat dengan anaknya itu. "Ada apa?" tanya Laras.
"Pak Arman ngajak semua anggota tim basket buat kumpul makan bareng," jawab Darentra.
"Daren mau izin?" tanya Laras.
Darentra mengangguk kecil dan tidak berani menatap mata mamanya itu karena takut. Dirinya juga lebih takut lagi jika meminta izin kepada Celvo.
Laras pun terkekeh kecil. Pada saat ingin mengusap rambut Darentra, Darentra sontak mundur beberapa langkah yang membuat Laras merasa mereka berdua sekarang asing. "Boleh. Asal jangan pulang terlalu larut malam." ucap Laras hanya tersenyum kecil karena merasa sedih.
"Makasih." satu kata terakhir lalu Darentra segera pergi dari sini
Akhirnya karena tidak ingin berlama-lama dan waktunya juga sudah pas-pas an, Darentra segera mengambil handphone nya dan menunggu Akmal menjemput dirinya.
Sebenarnya acaranya malam. Tetapi karena jaraknya yang jauh, Akmal takut jika dirinya akan telat. Jadi Akmal memutuskan untuk berangkat sore saja. Apalagi sekarang minggu. Pasti macet sekali.
Tidak lama kemudian setelah menunggu beberapa menit, Akmal datang membawa motornya. Tidak lupa, Darentra memakai helm nya sendiri dan segera menaiki motor Akmal.
Akmal menoleh ke belakang, "Gimana? Bapak lo ngizinin nggak nyet?" ucap Akmal yang melihat raut wajah Darentra tidak ada senyum-senyumnya.
"Gue izin ke mama lah babi." jawab Darentra.
Kemudian Akmal menjalankan motornya dan menggunakan kecepatan yang biasanya digunakan oleh Darentra. Nampaknya mereka berdua sama-sama suka cari mati.
Melaju dengan cepat hingga sampai ke tempat tujuan. Kini Akmal dan Darentra sampai di sebuah restoran yang restorannya sendiri terdiri dari banyak ruang. Restoran itu sangat tertutup. Tetapi sangat bagus dan kebersihannya terjaga.
Akmal dan Darentra berjalan berdua menuju ruangan yang telah dipesan oleh Pak Arman. Mereka sampai di sana tepat waktu seperti yang telah direncanakan.
Memasuki ruangan yang bernomor 07 itu, Darentra terkejut dengan apa yang ada di meja makan itu. Akmal juga ikut terkejut. Bagaimana bisa Pak Arman memesan minuman keras di mana beberapa anak yang akan makan bersama nya itu masih memiliki umur yang belum cukup. Apalagi minuman keras itu sangat dilarang.
Terlihat jelas jika mereka semua yang berkumpul sedang menunggu Akmal dan Darentra. Mereka semua fine-fine saja melihat apa yang ada di meja itu. Juga bercanda dan bergurau bersama Pak Arman.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARENTRA Jiwa yang Terluka [End]
DiversosAwal nya hidup seorang pemuda yang masih belum bisa berfikiran lebih dewasa itu baik-baik saja dan dapat dijalani dengan tenang. Hidup bebas tanpa ada kekangan dari mamanya dan memiliki mama yang begitu sabar sudah cukup bagus baginya. Meskipun tida...