Senin 31 Januari 2022
Di ruang makan dengan ukuran yang sangat besar itu, hanya ada seorang saja yang duduk di kursi makan dari sekian besar nya meja tersebut.
Hari ini, hanya ada Darentra seorang yang makan di ruang tamu. Pagi-pagi sekali mansion ini sudah dikosongkan oleh semua orang karena terjadi beberapa masalah. Bahkan tadi subuh saja sudah terdengar suara pertikaian.
Nampaknya kali ini ia bebas dalam melakukan apa pun karena tidak ada pengawasan dari siapa pun. Bahkan makan saja Darentra bebas ingin mengubahnya. Ya karna ia sendiri yang memasak.
"Mama sibuk, hari ini koki libur. Di kulkas ada banyak bahan makanan. Mama pergi dulu." Ucap Laras pada saat berpamitan tadi sebelum berangkat.
Darentra merebus mie dan menggoreng telur sebagai menu makanan nya kali ini. Rasa nya sangat bahagia sekali karena bisa memasak sendiri untuk dirinya sendiri.
Tetapi juga tidak bisa sesenang itu. Tangannya masih sakit sekali jika digunakan untuk melakukan ini. Tetapi no problem, palingan hanya akan bengkak jika dipaksakan.
Perban yang seharusnya diganti, sampai saat ini belum juga sempat diganti. Obat saja belum beli. Hanya ada perpan saja di kamar nya. Selain itu, Darentra masih harus mengganti perban di kamar mandi agar tidak ketahuan oleh keluarganya.
Setelah mengucapkan doa dan menghabiskan makanan nya, Darentra segera ke garasi untuk mengambil motornya yang beberapa hari tidak digunakan.
Darentra berangkat pergi ke sekolah tepat pada pukul 06.00 yang menandakan jika itu sangat terlalu pagi. Jalanan di kota ini memang sangat benar-benar sepi. Itu juga karena ini masih terlalu pagi. Hanya ada beberapa pengendara motor yang lewat.
Hawa yang sejuk namun dingin itu berulang kali membuat tubuh Darentra menggigil kedinginan. Apalagi tangannya yang sudah mulai merasakan rasa sakit berlebihan. Mungkin saja kali ini hanya dapat berdoa agar segera sampai di sekolah.
Perlahan-lahan kecepatan motor makin meninggi. Tidak ada kendaraan yang menghalangi jalan di depannya. Ia bebas untuk mengendarai motor dengan kecepatan di atas rata-rata. Tetapi juga tetap saja itu resiko.
Namun tidak ada pilihan lain, dengan diawali doa, ia langsung membuat motor yang sangat mahal itu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Bahkan ini sudah mencapai lebih dari kecepatan yang ia tunjukkan pada balapan kemarin.
Kali ini, sudah diprediksikan sejak awal. Luka di tangannya ini meskipun berada di lengan, tetap saja rasa sakit yang menjalar itu ke mana-mana. Bahkan sudah seperti patah tulang.
Mungkin saja karena tadi memaksakan diri untuk memasak. Apalagi tadi pagi juga harus memotong beberapa bahan untuk dijadikan sambal agar mie goreng buatannya sempurna dengan tambahan telur.
Akhirnya perjalanan yang seharusnya cukup lama itu menjadi singkat karena orang yang mengendarainya itu nekat. Darentra tiba di sekolah dengan sehat wal'afiat. Tidak ada luka baru sedikit pun. Namun mengenaskannya adalah ketika sampai di sekolahan yang sangat menyeramkan itu.
Sekolah sangat sepi seperti kota mati. Dengan posisinya yang masih memakai helm dan belum kunjung turun dari motor nya di parkiran itu, tiba-tiba saja Darentra seeasa ingin pulang saja karena hawa yang tidak enak di sini. Rasa nya ada banyak mata yang sedang menatap Darentra dengan mata yang sangat tajam. Membayangkan saja sudah cukup menakutkan. Apalagi ini.
Akhirnya karena Darentra bukan laki-laki penakut, ia memutuskan untuk turun dari motor nya dan melepas helm nya. Setelah itu, Darentra berjalan dengan langkah yang lumayan cepat dan bergegas untuk mengganti perban di UKS. Jika bukan karena kakaknya, pasti ia tidak akan mengerti di mana letak kunci UKS biasanya ditaruh.
![](https://img.wattpad.com/cover/334087073-288-k676648.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DARENTRA Jiwa yang Terluka [End]
RandomAwal nya hidup seorang pemuda yang masih belum bisa berfikiran lebih dewasa itu baik-baik saja dan dapat dijalani dengan tenang. Hidup bebas tanpa ada kekangan dari mamanya dan memiliki mama yang begitu sabar sudah cukup bagus baginya. Meskipun tida...