Sabtu 22 Januari 2022
Hari telah berganti. Darentra tidak kunjung bosan dengan perkataannya itu. Dirinya hanya tau mengumpat, mengumpat, dan mengumpat. Sudah seperti anak pinggir jalan yang salah keluarga.
Di mansion Celvo yang kini telah menemukan pendatang baru itu tidak lagi seserius dulu. Semua bodyguard jadi kewalahan sendiri melihat kelakuan tuan muda nya itu.
Pasalnya , Darentra seorang laki-laki yang sangat susah untuk dikendalikan itu terus menerus berdebat dengan banyak bodyguard Celvo hanya karena masalah kandaraan. Darentra terus menerus tidak berhenti mengoceh karena motor kebangga an nya itu.
"Engga ya! Bagusan motor yang gue setting sendiri!" ucap Darentra.
"Iya tuan muda . . . tetapi punya tuan Albi memiliki standart yang lebih tinggi . . ." Ucap beberapa bodyguard itu.
"Meskipun punya gue lebih murah, ini itu udah gue permak sendiri beg*!!" ucap Darentra tak terima jika motor kesayangannya dibandingkan dengan motor milik Albi.
Dirinya sangat tidak terima karena sejak motor nya tiba tadi pagi, para bodyguard meletakkan nya di garasi yang menurutnya tidak bagus. Ya bagaimana tidak? Garasi di mansion Celvo ada 3. Sedangkan Darentra ingin motor nya diletakkan di garasi yang sangat indah itu.
Siang itu, Darentra dan beberapa bodyguard terus berdebat. Celvo yang sibuk bekerja dengan Albi pun membuat Darentra menjadi berani untuk melakukan banyak hal di mansion nya. Walaupun Darentra tidak sudi. Tetapi dirinya mencoba untuk tetap tenang.
"Udah lah, sekarang pindahin motor gue di garasi itu!" ucap Darentra yang terus memaksa agar para bodyguard dady nya itu segera memindahkan motonya ke garasi yang diinginkannya.
Para bodyguard itu menghela nafas dan menatap anak dari tuan nya itu dengan segala arti. Dengan arti mereka sangat kesal, benci, atau apapun itu.
"Tuan Celvo belum memerintah kami, biarkan kami menghubunginya terlebjh dahulu." ucap salah satu bodyguard Celvo.
"Gue gamau tau ya! Ini garasi harus dibuat notor gue!" ucap Darentra kesal lalu meninggalkan mereka begitu saja.
Hari ini tentunya hari libur bagi para siswa dan siswi yang bersekolah di kota. Semenjak kejadian kemarin, Darentra memiliki ruangan kamar yang baru dengan konsep yang sangat terjaga.
Balkon kamarnya hanya bisa dilompati dengan notabe siap mati. Ketinggiannya itu sungguh tidak masuk akal.
Sebenarnya Darentra sedih, tetapi dirinya masih bersyukur karena kali ini kamar miliknya tidak memilik kamera tersembunyi atau yang biasanya disebut CCTV.
Semenjak kembali ke kamar nya karena berdebat dengan bodyguard tadi, tenaga Darentra habis dan sangat malas untuk bergerak ke sana sini. Dirinya mendekam di kamar dengan menulis sesuatu di meja belajar miliknya.
Perasaanya sekarang tidak bisa ditunjukkan kepada siapapun. Sakit tapi tak berdarah. Menangis tapi tak ada air mata. Ada tetapi tidak ada. Bahkan banyak sekali orang terdekat yang mengetahui jika Darentra sangat frustasi karena beberapa keadaan.
Darentra menulis isi hati nya di kertas itu dengan tulisan yang sangat jelek seperti dokter agar tidak ada yang bisa membacanya. Meskipun tulisan Darentra bagus. Entah mengapa, dirinya ingin sekali menyelesaikan hidupnya dengan cepat.
"Mama pasti nggasuka kalau punya anak kayak Daren." gumam Darentra sambil tersenyum tiba-tiba.
Perkataannya itu sederhana tetapi memiliki banyak sekali arti. Menulis di buku juga ada maksud tertentu. Entah mengapa, dirinya ingin sekali keluar dari kawasan yang menurutnya sangat ketat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARENTRA Jiwa yang Terluka [End]
AlteleAwal nya hidup seorang pemuda yang masih belum bisa berfikiran lebih dewasa itu baik-baik saja dan dapat dijalani dengan tenang. Hidup bebas tanpa ada kekangan dari mamanya dan memiliki mama yang begitu sabar sudah cukup bagus baginya. Meskipun tida...