8 Rangsangan

2.1K 206 16
                                    

"Untung aku berhasil bujuk Papa, untuk maafin kamu. Bujuk dia agar tidak mempermasalahkan. Papa bahkan membungkam media agar tidak memberitakan masalahmu dengan Pamela. Jika tidak, karirmu akan hancur dalam sekejap." Liora duduk dipangkuan Hero seraya memeluknya. Sejak tadi pria itu hanya diam dengan kegundahan yang tak bisa dia jelaskan.

"Li, sebaiknya kita putus."

Liora menatap Hero marah. Namun kali ini ia tidak boleh mengancamnya lagi atau terlalu emosi. Dia harus bisa mengambil hati Hero agar dia tidak memikirkan Pamela lagi.

"Hero, aku bahkan yang lebih disakiti disini. Kamu manfaatin aku, kamu mainin perasaan aku, tapi aku tetap mencintai dan menerima kamu apa adanya. Apa yang kurang?" Liora berkaca-kaca.

"Dia sudah ada pria baru. Untuk apa kamu memikirkannya? Lebih baik kita buka lembaran baru. Ayo kita bangun karir sama-sama." Liora kembali membujuknya. Membuat tatapan Hero semakin gelisah. Tidak mudah untuknya melupakan Pamela begitu saja. Wanita itu adalah cinta pertama, serta orang paling berharga di hatinya.

Tapi saat ini nasi sudah menjadi bubur. Pamela punya pria baru yang lebih dari segalanya dibanding dia. Hero menyesal pernah memintanya menyembunyikan hubungan. Seharusnya ia tidak perlu melakukan itu hanya demi karir.

"Maaf Liora, sudah menyakitimu."

"Please, kita mulai lembaran baru. Mulai hubungan baru, dan bangun karir bersama."

"Tapi jika boleh jujur, aku belum mencintaimu. Aku hanya mencintai Pamela, dia segalanya."

Liora menahan emosi. Terus saja Pamela yang dia sebut. Wanita itu memang sangat menyebalkan. Dia harus diberi sedikit pelajaran. Liora merasa terhina karena harus kalah dari wanita miskin dan kampungan sepertinya.

"Kita akan saling mencintai suatu saat nanti. Bukan begitu? Kita jalani daja seperti biasanya!"

"Oke, kita coba." Hero mengecup keningnya, lalu menurunkan Liora dari pangkuannya.

"Aku harus pulang, aku butuh waktu sendiri." Hero kembali berucap.

"Kenapa tidak disini?"

"Pikiranku sedang kacau. Aku mohon pengertianmu. Besok aku akan menjemputmu sebelum syuting iklan."

Liora mengepalkan tangannya dengan penuh kebencian melihat Hero berlalu. Liora benar-benar merasa direndahkan.

"Kenapa Hero harus memikirkan Pamela? Jelas-jelas aku yang lebih pantas bersamanya!" Gerutunya seraya membanting barang random di sekitarnya.

"Sepertinya aku harus mencari tahu siapa Levin Nugraha itu. Pacar yang Pamela banggakan. Aku akan mencari celah untuk menghancurkan hubungannya."

*****

Pamela mengalihkan pandangan saat melihat Levin keluar hanya dengan handuk di pinggangnya. Rambut dan tubuh pria itu bahkan masih basah. Levin berjalan menuju kulkas untuk mengambil sekaleng alkohol yang sering ia minum disaat udara terasa dingin.

Pamela memang sudah menerima Levin dan mencoba hubungan mereka. Tapi untuk melihat pria itu telanjang dada seperti demikian, masih membuatnya belum terbiasa.

"Levin, kalau kamu udah sembuh, aku boleh pulang kan? Besok? Kamu bahkan tidak sakit lagi."

Mendengar pertanyaan itu Levin langsung tersedak oleh minumannya sendiri. Ia pun menghampiri Pamela yang terus berjalan mundur, hingga punggung wanita itu menabrak dinding.

"Kenapa kamu ingin pulang? Memangnya kenapa kalau kamu tinggal denganku?"

"Aku... "

"Kamu masih galau karena putus dengan Hero?"

Wicked ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang