13 Terlambat

1.3K 214 2
                                        

13 Terlambat

Pamela berjalan seraya bersenandung menuju unit apartemennya. Ia butuh mengambil beberapa barang disana.

Karena selanjutnya Pamela akan tinggal bersama Levin, jadi sedikit demi sedikit barang yang penting mulai Pamela pindahkan.

Hubungan mereka sepertinya semakin dekat dan serius setelah percintaan mereka di malam kemarin. Levin semakin perhatian dan romantis. Pamela rasa, ia siap-siap saja jika harus menikah dalam waktu dekat.

"Aku akan mengambil boneka, beberapa aksesoris, dan gaun tidur." Gumamnya seraya mengetik sandi di smart doornya.

Saat barusaja memasuki apartemen tersebut, Pamela dikejutkan dengan botol alkohol yang berserakan dimana-mana. Apa ada seseorang yang masuk?

Saat berjalan menuju sofa ruang tengah, matanya menangkap seorang pria tengah memejamkan mata dengan bibir yang terus merintih.

Sudah Pamela duga. Sandi apartemen ini hanya dia dan Hero yang tau. Jadi siapa lagi yang datang jika bukan mantan pacarnya? Tapi pertanyaanya, untuk apa lagi dia kemari?

"Hero!" Panggilnya seraya menggoyangkan pundak pria itu. Pamela sebenarnya kasihan saat merasakan suhu badannya begitu panas. Tapi setelah mereka putus, itu tidak menjadi urusannya lagi.

"Pamela?" Hero merintih seraya mengerjapkan mata. Ia seolah ingin memastikan jika wanita yang ada di hadapannya adalah nyata. Bukan bayangan belaka.

"Hero kamu ngapain kesini?"

Tanpa aba-aba Hero langsung bangkit untuk memeluknya. Tubuhnya yang lemas bersandar pada pelukan yang sangat ia rindukan setelah mereka putus.

"Aku kangen." Ujarnya seraya mengeratkan pelukan. "Ternyata kamu lebih penting dari karir aku. Aku menyesal."

"Kita sudah selesai."

"Aku sangat mencintaimu." Hero terisak pelan.

"Cukup Hero, kita sudah berakhir."

"Kamu mencintainya?"

"Bagaimana tidak? Dia selalu ada buat aku. Dia pasang badan setiap kali ada orang yang menyakitiku. Dia selalu berusaha membuatku bahagia. Meluangkan waktunya walau disibukkan dengan pekerjaan. Levin melakukan segala hal yang tidak pernah aku dapatkan darimu."

"Juga karena uangnya? Itu yang paling utama? Karena dia memberi uang lebih banyak dariku? Kamu puas saat dia menghinaku kemarin?"

Lagi-lagi Hero membahas tentang uang. Pamela dibuat miris dengan pemikirannya. Apa Hero pikir selama ini, Pamela melihat seseorang dari uangnya saja?

Tapi Pamela memang tidak mau menjadi bodoh lagi. Menemani dari nol? Itu bulshit! Memang lebih baik ia mencari pria mapan seperti Levin. Pria yang mencintai dan menghargainya.

"Iya, kenapa? Nyatanya Levin memang memberiku uang lebih banyak. Dan kemarin itu bukan hinaan, Levin hanya ingin menjaga martabatku sebagai pacarnya. Mulai sekarang kamu dan pacarmu tidk bisa menghinaku lagi! Tidak akan aku biarkan itu terjadi lagi!"

"Kenapa kamu berubah seperti ini?"

"Lalu kamu menyuruhku menjadi badut terus-terusan? Kamu saja tidak pernah membelaku saat adik dan ibumu merendahkanku. Sudahlah, hubungan kita memang sudah berakhir! Aku sudah menemukan pria yang lebih baik!" Pamela menarik Hero keluar dari apartemennya.

"Aku nggak mau Pamela! Mimpi kita untuk menikah harus terwujud. Aku sayang sama kamu! Aku nggak bisa pisah!"

"Jangan bicara omong kosong! Kamu tidak pernah mencintaiku! Aku sudah muak menjadi mainan dan bahan hinaan kamu serta keluargamu. Sekarang kamu pergi dan jangan pernah kembali, Hero! Aku akan menuntutmu jika kamu berani memasuki apartemenku lagi!"

Wicked ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang