1 Dejavu

2.3K 259 27
                                    

1 Dejavu

"Hubungan kalian hanya setahun. Ini demi kenaikan nama kamu juga! Kamu tau kalau Liora itu punya nama besar, dan anak dari orang penting kan? Hitung-hitung pansos! Dia sering mencari perhatian padamu saat syuting. Kamu cukup tembak dia, lalu pacaran selama setahun. Setelah itu kamu bebas mencari alasan untuk memutuskan hubungan dengannya. Dan aku yakin saat itu, pamormu sudah naik. Fansmu semakin banyak." Jelas managernya panjang lebar.

"Kamu tahu jika aku sudah punya pacar bukan?" Hero mengingatkan managernya dengan tatapan tajam.

"Pacarmu pasti mengerti kalau kamu melakukan ini, untuk masa depan kalian. Kamu cukup menjelaskan dari awal. Aku yakin tahun depan, nama kamu sudah melambung tinggi. Penawaran pekerjaan pasti semakin banyak. Cukup tunjukkan seluruh kemampuan terbaikmu. Setelah itu mau pacaran atau tidak dengan Liora, para produser dan sutradara akan mencarimu karena bakat."

Hero memikirkan kembali perkataan managernya. Kemarin ia menemui Pamela untuk mengatakan hal itu. Namun sayang Hero tidak punya nyali.

Demi Tuhan, Hero sangat mencintainya. Hero bekerja sekeras ini untuk masa depan mereka. Hero tidak pernah memikirkan wanita lain. Tapi mau bagaimana? Apa yang managernya katakan itu kenyataan.

Dia dan Pamela sama-sama bukan dari keluarga berada. Jadi, mereka harus bekerja keras untuk bisa hidup dengan layak nantinya. Jika namanya di dunia artis bisa menjadi besar, pasti masa depan mereka akan cerah.

Lagipula dia memacarinya hanya untuk karir. Bukan dari hati. Hero percaya Pamela akan memahami keadaanya. Ini bukan keinginannya.

"Hero... " Liora memanggil Hero yang terus melamun.

"Maaf Lio, aku sedikit gugup." Elaknya.

"Kamu mau bicara apa?" Liora bertanya dengan antusias. Dia sangat yakin jika Hero akan menyatakan perasaanya. Jelas! Siapa yang tidak tertarik dengan wanita cantik sepertinya?

Lagipula Liora juga tertarik dengannya. Hero itu penuh kharisma dan tampan.

"Aku menyukaimu." Ujar Hero singkat. Ia meraih jemarinya, lalu menciumnya dengan mesra. Meski mereka berada di tempat umum, Hero tak ragu melakukannya. Memang ini tujuannya bukan?

"Kamu... tidak bercanda kan?"

"Tidak." Hero tersenyum.

"Kamu pasti sudah tau jawabannya. Bukankah tingkahku sudah sangat terbaca selama ini?" Liora tersenyum malu-malu.

"Jadi jawabannya iya?" Hero bertanya dengan senyuman bahagia yang dibuat-buat.

Sedangkan Liora langsung memeluknya sambil mengangguk. Memang ini yang dia harapkan. Akhirnya Hero yang cuek bisa dia taklukkan. Apa selama ini tingkah cueknya itu karena gugup? Liora terus menebak-nebak.

"Makasih!" Hero mengecup keningnya.

Okey, hanya setahun. Itu waktu yang sangat sebentar. Hero janji setelah karirnya stabil, ia akan langsung melamar Pamela. Dia akan mengenalkan kepada semua orang, siapa yang sebenarnya dia cintai.

*****

Setelah mendarat di Bali, Levin mengajak Pamela berjalan-jalan di lokasi yang akan dibangun penginapan. Levin memotret lokasi itu sebelum mulai menggambar bangunan dan konsep apa yang cocok.

Namun cameranya kini tidak lagi menangkap lokasi tersebut. Melainkan wajah murung dan mata yang bengkak milik asistennya. Sejak di pesawat dia terus menangis. Entah apa yang dia alami saat ini.

Biasanya Levin tidak peduli apapun masalah karyawannya, yang penting pekerjaan dia beres. Tapi entah kenapa dengan Pamela, Levin merasa ada yang berbeda. Dari sejak pertama mereka bertemu, Levin merasa sangat tertarik.

Wicked ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang