6 Sebuah Pilihan

1.4K 220 19
                                    

6 Sebuah Pilihan

"Pamela?" Levin melotot saat melihat Pamela datang dengan rambut yang berantakan, dan kemerahan di pipinya yang terlihat seperti bekas tamparan. Airmata Pamela terus mengalir deras. Dan ia langsung memeluk Levin dengan erat begitu mereka saling berhadapan.

"Kenapa?" Tanyanya seraya merapikan rambutnya.

"Kamu benar..." Pamela langsung meraih wajah Levin, lalu memagut bibirnya tanpa aba-aba. Pamela melumat bibir atas dan bawah Levin secara bergantian.

Levin membalas ciuman itu seraya membawa Pamela masuk. Ia membimbingnya untuk merebah ke arah sofa, lalu membalas ciuman itu bahkan mengambil alih. Levin menindih Pamela seraya menghisap saliva dan lidahnya hingga bagian terdalam.

"Kenapa kamu datang dengan keadaan seperti ini?" Tanyanya seraya melepas pagutan, ketika pasokan oksigen mereka hampir habis.

"Kamu benar, lebih baik aku memiliki hubungan yang normal. Pria yang akan menjaga dan menghargai perasaanku." Pamela berbisik pelan seraya memeluk tengkuk Levin dengan mesra.

"Dia menyakitimu?"

"Pacar Hero datang menemuiku. Dia menunjukkan video tak senonoh miliknya dan Hero. Ternyata aku di hianati. Kamu benar, aku terlalu bodoh."

"Lalu apa kamu mempertimbangkan untuk memberiku kesempatan? Apa ciuman tadi jawabannya?"

"Iya." Pamela berkata pelan. "Lebih baik aku mencoba hubungan dengan pria baru daripada bertahan dengan penghianat." Lanjutnya dengan suara terbata. Pamela harap ini pilihan terbaiknya. Pamela benar-benar butuh Levin untuk menghadapi mereka.

"Pilihan yang bagus! Dan kamu adalah kekasihku mulai hari ini!" Levin berbisik seraya menarik wanita itu untuk bangun. "Ayo aku obati luka di wajahmu."

"Levin..."

"Apa?"

"Kita tidak saling kenal. Memangnya, kita bisa pacaran dengan keadaan seperti itu?"

"Jadi kamu maunya gimana? Memang definisi saling mengenal itu seperti apa?" Levin bertanya seraya menyentil hidung Pamela.

"Apa kamu hanya mau main-main?"

"Kamu bahkan sudah mengenal ibuku." Levin tertawa getir.

"Tapi kenapa aku? Kenapa secepat ini?"

"Aku juga tidak mengerti. Setelah Alina meninggal, aku tidak pernah jatuh cinta lagi. Tapi saat berhadapan denganmu, aku langsung merasa tertarik."

"Alina siapa?"

"Calon istriku. Dia meninggal karena sebuah kecelakaan di H-1 pernikahan kita."

"Ya Tuhannn... "

"Dia sangat mulia, itulah kenapa aku sangat mencintainya. Bahkan ternyata jauh sebelum kecelakaan itu terjadi, dia telah mendonorkan seluruh organnya untuk orang yang membutuhkan setelah dia meninggal."

"Pantas kamu mencintainya. Dan kamu benar, Alina memang sangat mulia. Dia telah membantu orang-orang yang putus asa sepertiku karena membutuhkan donor tersebut. Meski Alina telah pergi, tapi dia akan selalu diingat oleh orang yang menerima organnya." Pamela berkaca-kaca.

"Kamu?"

"Aku mempunyai kelainan jantung sejak kecil. Aku juga mendapat donor dari seseorang sehingga aku bisa sembuh seperti sekarang."

"Benarkah?"

Pamela membuka kancing bagian atasnya, lalu menunjukkan bekas luka jahitan itu di dadanya. Luka itu selalu membuatnya bimbang, antara marah atau bersyukur. Antara menganggap itu sebagai bencana atau anugrah.

Wicked ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang