14 Pertikaian

1K 189 3
                                    

14 Pertikaian

"Cantik?" Pamela memperlihatkan gaun tanpa lengan yang ia coba kepada Levin. Namun bukannya kagum akan kecantikannya, pria itu justru langsung menggeleng.

"Tidak cocok!" Ujrnya tegas. Pamela sudah mencoba puluhan gaun, tapi Levin terus menggeleng dan berkata tidak cocok. Apa-apaan pria itu? Kesabaran Pamela habis!

"Kamu mau bilang jika aku jelek memakai baju apapun? Iya?" Pamela melipat tangannya di dada.

"Aku pilihkan saja supaya cepat." Levin beranjak berdiri mengintari butik itu, lalu mengambil beberapa gaun lengan panjang yang bergambarkan boneka. Ia memberikan itu kepada Pamela dengan senyuman bahagia.

"Apa maksudmu?"

"Kamu lebih lucu pakai ini." Levin berkata dengan yakin seraya menunjukkan gaun pilihannya. "Aku lebih suka jika kamu pakai ini saat berpergian!"

"Kamu pikir aku anak kecil?"

"Kamu memang putri kecilku yang paling cantik. Udah langsung pakai saja! Cepat! Mau bungkus berapa? Seratus pasang? Kalau kamu mau beli yang seksi, beli saja lingerie. Dan pakai hanya saat di hadapanku saja."

"Aku bukan anak kamu! Pokoknya aku mau bungkus gaun yang aku pilih di awal!" Pamela tidak mau kalah.

"Tidak! Pakai ini saja! Kalau kamu pakai gaun yang tadi, semua cowok bisa lihat tubuh cantik kamu! Dan aku nggak suka itu!"

"Levin aku bukan anak kecil!"

Levin tidak mau mendengar, ia langsung saja mendorong kekasihnya masuk keruang fitting. Sambil menghimpit tubuh Pamela, ia mengganti gaun seksi wanita itu dengan gaun selutut lengan panjang bergambar boneka teddy bear. Setelahnya, Levin menariknya ke tempat kasir untuk membayar. Tak lupa, ia juga membungkus beberapa pasang lagi.

Pamela terus memanyun seusai dari butik. Ia kesal sekali dengan Levin. Lihatlah penampilannya, seperti anak TK yang baru pulang sekolah.

"Kenapa manyun terus? Kamu mau kemana setelah ini. Hmmm?" Levin merangkul kekasihnya, dan mencium pipinya dengan mesra.

"Pulang, udah malam." Sahutnya jutek.

"Baru jam tujuh!"

"Nggak mood!" Pamela melepas rangkulan itu lalu berjalan lebih dulu. Levin geleng-geleng melihatnya. Memangnya apa yang salah? Dia terlihat imut. Levin ingin melindungi calon istrinya dari pria hidung belang dan mesum di luaran sana.

Setelah bertemu ayah Pamela siang tadi, Levin jadi semakin optimis. Dia sudah mendapat restu darinya. Benny bahkan menitipkan Pamela untuk ia jaga. Sekarang tugasnya hanya tinggal mendapatkan cinta Pamela saja. Membuat wanita itu jatuh hati padanya. Dan menjadikan Pamela miliknya, tanpa ada bayangan masa lalu. Pamela harus lebih mencintainya dari pada Hero berandalan itu!

Tapi saat ini Levin juga memiliki satu masalah lagi. Levin takut jika Pamela berpikir buruk, saat tahu bahwa dia adalah penerima donor jantung Alina. Levin takut jika Pamela berpikir jika Levin mendekatinya hanya karena itu.

Pada awalnya memang semua fakta itu benar. Tapi setelah dekat dengannya, Levin benar-benar jatuh cinta. Semoga masalah donor itu tidak menjadi masalah dalam hubungannya suatu saat nanti.

"Levin kamu mikirin apa sih? Kok bengong?"

"Nggak, tiba-tiba kepalaku sedikit pusing." Alasannya dengan dramatis. Levin tidak mau memikirkan hal buruk. Hubungannya dengan Pamela akan selalu baik-baik saja.

"Kualat! Makanya jangan mengerjaiku dengan memberi pakaian seperti ini!" Pamela memukul perutnya dengan sedikit kasar, lalu kembali berjalan lebih dulu.

"Sayang kamu tidak khawatir? Kepalaku pusing beneran!" Levin berteriak seraya tertawa-tawa menggodanya. Ia mengekor di belakangnya dan merengek manja pada Pamela.

"Sayang sepertinya aku butuh ciuman supaya kembali sehat." Godanya lagi.

Pamela terus berjalan tanpa menghiraukannya. Ia sendiri terus menahan senyum. Levin memang paling pintar membuatnya tersipu.

"Kepalaku terus bertambah sakit!" Levin mendekap Pamela paksa seraya berjalan beiringan. Ia terus menyodorkan pipinya hingga Pamela mau memberinya satu kecupan.

"Akhirnya sakitku hilang."

"Modus!"

Bugh!!! Candaan mesra mereka berdua harus berhenti karena seseorang menbrak mereka dengan sangat keras. Bahkan tabrakan itu membuat dekapan Levin di pinggang Pamela lepas. Levin mengerutkan alis melihat anak dari teman ibunya berada di hadapannya. Wanita yang sempat di jodohkan dengannya, namun ia tolak.

"Levin, astaga kita bertemu disini? Ya ampun lama sekali tidak bertemu!" Sandra ingin memeluk Levin, namun ditepisnya.

Pamela menatap wanita seksi itu dengan mata memicing. Jadi Levin memintanya memakai baju yang norak, sedangkan wanita yang dekat dengannya memakai baju seksi seperti itu? Pamela benar-benar kesal.

"Minta maaf pada kekasihku." Ujar Levin seraya mengenggam tangan Pamela yang baru akan pergi. Levin menahan pergerakannya.

"Kekasih? Ini pacarmu???" Sandra menatap Pamela dengan gestur jijik. Ia merasa tak selevel jika dibandingkan dengannya. Apalagi melihat pakaian yang Pamela kenakan.

"Aku harap lain kali kalau jalan pakai mata, jangan hanya kaki. Dengkulmu buta." Ujar Levin ketus.

"Levin kamu sadar, kamu bicara dengan siapa?"

"Anak dari teman ibuku, rekan bisnis ibuku."

"Aku dan keluargaku memiliki saham di perusahaan kamu!"

"Lalu?"

"Kamu harus ingat jika tiga tahun lalu, ibumu sudah berjanji akan menikahkan kita setelah aku pulang dari Prancis! Aku pengganti Alina. Kamu..."

"Ibuku sudah berubah pikiran tuh." Potongnya. "Dia bahkan memintaku untuk segera menikah dengan Pamela." Levin tertawa geli, lalu menarik Pamela agar lebih merapat padanya. "Aku akan mengirim undangan pernikahan kami nanti, tunggu saja."

"Apa?"

"Jangan pernah bermimpi untuk menikah denganku. Kamu bukan levelku." Ketus Levin, lalu membawa Pamela pergi dari sana. Sandra mengepalkan tangan melihat hal itu. Levin berani menghinanya seperti ini?

"Benar kan, priamu direbut oleh wanita ular itu!" Liora menepuk pundak Sandra dengan senyuman sinis setelah pasangan itu pergi.

Setelah mencari tahu semua wanita yang pernah dekat dengan Levin, Liora menemukan nama Alina dan Sandra. Karena Alina sudah meninggal, jadi Sandra adalah harapannya untuk menghancurkan hubungan Pamela dan Levin. Mereka tidak boleh bahagia.

"Keluargaku sangat berjasa pada keluarga Levin. Tidak mungkin dia berani berbuat seperti ini."

"Kamu yakin? Mereka saja sudah tinggal bersama." Liora kembali memanasinya. Akhirnya ia menemukan cara untuk menyakiti Pamela tanpa mengotori tangannya.

"Kenapa kamu memihakku dan memberi tahu aku semuanya?"

"Karena wanita itu juga menggoda kekasihku!"

"Sudah kuduga. Dari wajahnya yang sok polos saja, aku bisa menilai seberapa murahan dia. Aku yakin wanita itu hanya menginginkan uang Levin saja. Aku akan segera merebut Levin! Lihat saja!" Sandra berkacak pinggang.

"Semoga kamu dengan tegas merebut apa yang seharusnya menjadi milikmu! Jangan biarkan harga dirimu diinjak oleh wanita rendahan sepertinya" Liora menepuk pundak Sandra dengan penuh hasutan. Sudah Liora katakan jika dia akan membuat hubungan Pamela hancur bagaimanapun caranya.

*****

Mak lampirnya nambah satu :(


*****

Yang mau baca cepat silahkan kunjungi Karya Karsa dan Google Play ya!

Wicked ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang