5 Jangan Bilang-Bilang

1.8K 219 11
                                    

5 Jangan Bilang-Bilang

"Mami jangan bilang apa-apa yang memalukan ke Pamela! Awas aja!"

Erna kembali menjejal mulut putranya yang sedang mengotak-atik laptop itu dengan sesendok nasi dan daging. "Memang Mami mau bilang apa?" Erna mengernyitkan alisnya bingung.

"Ya pokoknya aku mewanti-wanti dulu!" Sambil mengunyah dan mengetik, Levin menjelaskan. "Mami kan suka ember!"

"Ya masa Mami mau matiin jodoh anak sendiri. Memangnya ada yang salah sama kamu? Orang ganteng gini, pinter, mapan, manja, nggak neko-neko!" Erna mencubit pipi putranya dengan bangga.

"Itu... Itu...!!! Jangan bilang aku manja!" Levin spontan menutup laptopnya karena tidak mood bekerja. Ia langsung meraih piring yang ada di tangan ibunya, dan meletakkannya di meja.

"Mami jangan bilang aku manja!" Ulangnya dengan tegas.

"Lho emang kamu manja! Pulang kerja saja, masih suka teriak-teriak minta disuapin makan!"

"Miiii!!!"

Erna tertawa melihat wajah putranya yang begitu memerah. Ternyata putranya punya rasa malu juga. Erna pikir urat malunya sudah putus.

"Mami juga jangan datang ke apartemen Levin terus mulai hari ini. Mami mau dapat mantu, atau melihatku jomblo seumur hidup?"

"Amit-amit! Jangan bicara sembarangan!"

"Makanya Mami jangan datang dan ganggu kayak kemarin!" Levin mencebikkan bibirnya.

"Mesum aja!" Erna menjitak kepala Levin, seolah tau apa yang dia pikirkan.

"Kan proses pendekatan! Masa Mami mau ngintil terus? Jangan berprasangka buruk."

"Kemarin ngapain?" Sindir ibunya.

"Ciuman doang!"

"Ya sama aja! Kamu mirip sama Papamu waktu masih muda. Nyosor aja maunya!"

"Keturunan Mi! Berarti aku anak Papa, asli! Bukan tiruan!" Jawab Levin seraya tertawa.

"Tapi kamu udah yakin move on dari Alina? Mama nggak mau lho, kamu mainin anak orang cuma buat pelarian."

"Levin juga belum pernah jatuh cinta lagi semenjak Alina meninggal. Bersama wanita lain membuatku tak nyaman. Sedangkan dengan Pamela, rasanya berbeda. Baru bertemu sekali saja, aku sudah merasa yakin padanya."

"Pamela memang cantik dan baik. Dia juga sopan dan kelihatan tulus. Tidak melihat kamu dari uang. Kamu langsung lamar dia saja Vin! Mau nunggu apa lagi kalau udah yakin?"

"Masalahnya, Pamela masih punya pacar."

"Apa?"

"Tapi pacarnya nggak pantes buat dia. Aku lebih ganteng, mapan, dewasa, buat apa dia ngarepin berandalan seperti itu?"

"Memang pacarnya siapa?"

"Hero, dia artis. Mami nggak akan kenal."

"Hero Atmaja yang main sinetron itu? Ya kenal dong! Tapi bukannya dia pacaran sama artis cewek itu? Mami suka baca gosip-gosip, jadi tau!" Erna bertanya dengan antusias.

"Itu dia Mi! Hero bilang ke Pamela, pacarannya hanya pura-pura. Tapi mana mungkin? Pamela aja yang mau di bodohi!"

"Jadi kamu mau rebut Pamela dari pacarnya?" Ibunya menyipitkan mata saat bertanya.

"Lho, kan dia duluan yang buang wanita secantik dan sebaik Pamela? Nggak salah dong?" Balasnya dengan ketus.

"Dunia artis memang banyak settingannya!"

Wicked ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang