MZ 2. Shenna?

244 10 1
                                    

Jika kamu bukan yang dia inginkan, bisa apa?


=MOZZERLAN=

MZ 02. Shenna?

=

TOK TOK TOK!

Bukan hanya ketukan, tapi sudah terdengar seperti kedoran keras dari luar pintu kamar Mozaya.

"Kak?! Buka pintunya!"

Terdengar suara samar-samar yang masuk kedalam pendengarannya, ia berusaha keluar dari alam bawah sadarnya.

Tubuhnya sangat kaku, dan terasa dingin. Mozaya menerjapkan matanya beberapa kali. Nampak langit-langit kamar mandi yang ia liat pertama kali.

Mozaya baru tersadar, semalam ia pingsan didalam kamar mandi. Saat ini, seakan tubuhnya berasa remuk.

Perlahan ia bangun, berjalan untuk membuka pintu kamar yang terus diketuk.

Ceklek!

Menampilkan tubuh Reyyand yang sudah lengkap memakai seragam SMA, berdiri tegak di depan pintu, dengan wajah panik.

"Berisik!"

"Kakak gapapa? Daritadi aku ketuk, gak ada jawaban."

"Ngapain?"

"Aku ikut sekolah bareng kakak, ya?" Reyyand memohon.

Ya. Mereka memang satu sekolah, dipilihkan oleh Genta. Jurusan mereka pun sama, yaitu IPS. Reyyand masuk ke kelas X IPS 3, sedangkan Mozaya masuk ke kelas XII IPS 1. Tentang sekolah mereka, Genta lah yang mengurus semuanya.

"Kan, lo dikasih motor sendiri, di pake lah."

Genta memang selalu bersikap adil tentang material pada Mozaya dan Reyyand.

Seketika, wajah Reyyand menjadi cemberut. "Lagi males bawa motor, nanti Shenna nebeng terus," ucapnya dengan sangat kesal.

Mozaya memicingkan matanya. "Shenna?"

"Hm... Lupain aja." Raut wajah Reyyand nampak panik. "Aku boleh ikut, kan?"

Tanpa ingin membahas lebih lanjut tentang Shenna, Mozaya hanya mengangguk saja.

"Rey! Ayo makan, sekalian ajak kakak kamu juga!" Terdengar teriakan Jennah dari arah dapur.

"Sana, gue gak sarapan." Pinta Mozaya.

Reyyand mengangguk patuh, ia segera berlalu pergi. Mozaya kembali menutup pintu kamarnya, lalu mandi.

Setelah beberapa saat selesai mandi, lengkap dengan seragam SMAnya. Ia mengecek ponselnya yang hampir kehabisan daya baterainya.

"Kok bisa lupa ngisi daya?" Mozaya mengutuki kebodohannya sendiri.

Berasa semuanya sudah siap, ia membawa tasnya keluar kamar. Menghampiri Reyyand yang juga sudah selesai makan.

"Ayo,"

Senyum Reyyand merekah, saat melihat sang kakak. Dengan semangat, ia berdiri lalu memberikan sekotak makan, serta susu kotak pada Mozaya. "Ini, Kak."

Mozaya mengerutkan dahinya. "Gue gak sarapan. Buat lo aja."

"Aku udah siapin buat Kakak, aku juga udah bawa sendiri," jelasnya.

"Terima aja, Kak. Adik kamu yang siapin, khusus buat kamu." Jennah menimpali.

Senyumnya mengembang, ia menerimanya. "Makasih," memasukan bekalnya di dalam tas. "Mom, Daddy mana?"

MOZZERLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang