MZ 3. Cewek Brutal

300 9 2
                                    

Rasa itu sudah ada, saat pertama kali kita bertemu.


=MOZZERLAN=

MZ 03. Cewek Brutal

=

Taman kampus terlihat ramai, tapi tidak dengan hati Sendra saat ini. Tiga orang cowok menghampirinya, ikut bergabung.

"Kenapa, lo?" Gio menepuk bahu Sendra.

Sendra hanya melirik. "Gue baru dapet kenalan, cewek."

"Gak ada pensiunnya lo jadi buaya?" Ejek Fahry.

Mereka menertawakan Sendra dengan puas. Sendra pun hanya bisa diam.

"Masalahnya, nih cewek beda."

"Beda gimana maksud lo?" Timpal Tino.

"Dia cuek, songong, kasar. Bisa dibilang, brutal!" Sendra mendeskripsikan Mozaya dengan detail.

"Lo dapet darimana?"

"Club tempat biasa," mereka mengangguk paham. "Gue liat-liat, dia gak punya cowok. Karena waktu itu gue liat dia sendirian di club."

"Anak kampus kita?"

"Masih SMA."

Mereka jelas tercengang, sembari bertepuk tangan. "Wihh, keren juga lo nyari cewek. Emang dasar buaya buntung!" Pekik Gio.

"Masih kencang dong?!" Seru Tino.

Plak!

Fahry tidak segan-segan memukul kepala Tino, agar otaknya hilang. "Otak lo!"

"Bang Sen!"

Terdengar teriakan yang tidak jauh dari tempat mereka. Mereka pun secara bersamaan menoleh kearah sumber suara. Sendra sudah memasang wajah frustasi.

"Mampus!" Gio sudah tertawa dahulu.

Sendra ingin bangkit, langsung ditahan oleh Fahry untuk duduk kembali, Sendra terlihat pasrah. "Mau kemana? Mangsa lo tuh!"

Mereka pun berpindah duduk, menjadi di depan Sendra. Sedetik kemudian, Sindy datang langsung menempel pada Sendra. Mereka malah tertawa.

"Malem ini, nonton yuk," ajaknya, sangat bersemangat.

Sendra terus berusaha melepaskan gandengan Sindy pada lengannya. "Gak bisa, gue lagi bokek."

"Sindy yang traktir," rayunya, mengencangkan gandengannya, tidak ingin lepas dari Sendra.

"Neng Sin, kok cuma ngajak Arta? Kita-kita gak diajak nih?" Goda Tino, menaik turunkan alisnya.

Bibirnya mengerucut, kepalanya menggeleng. "Sindy cuma mau berdua sama Bang Sen, kalian gak diajak!"

"Arta!"

Kembali mendengar panggilan yang meneriakan nama Sendra. Mereka kembali tertawa saat siapa yang datang sekarang.

"Mampus, gue..." Sendra mengutuki dirinya sendiri.

Billa mendorong tubuh Sindy sangat keras, hingga membuatnya jatuh ke tanah.

"Billa?!" Mereka menatap tidak percaya atas kelakuan Billa.

"Lo ngapain pacar gue?!" Teriaknya tidak terima pada Sindy.

Sendra mengisyaratkan mereka agar segera keluar dari pertengkaran antar keduanya.

"Kabur!"

"Bang Sen?!"

"Arta!"

=MOZZERLAN=

MOZZERLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang