MZ 4. Pertemuan Singkat

150 8 1
                                    

Baru kali ini, detak jantung ku berpacu lebih cepat. Saat tatapan kita bertemu.


=MOZZERLAN=

MZ 04. Pertemuan Singkat

=

Srett!

Mozaya langsung menginjak rem mobil, ia tidak sengaja menyempet motor yang berada di depannya. Mozaya langsung keluar dari mobil, melihat keadaan orang yang ia tabrak.

Saat ia mendekat, plat nomor serta body motor gede tersebut terdapat goresan. Tidak lupa mobilnya juga ikut tergores, tapi apapun itu, Mozaya tetap salah disini.

"Aduhhh, Kak. Gue minta maaf, gak sengaja."

"Atau gini aja," ia menyodorkan ponselnya. "Ketik nomor lo, biar nanti gue bawa ke bengkel. Lo bisa pake motor adik gue."

"Gak perlu."

Mozaya mendongakkan kepalanya, tatapan mereka bertemu. Wajahnya tertutup helm full face, yang nampak hanya alis tebal, serta mata teduhnya. Seakan ia terhipnotis pada pandangan pertama.

"Gapapa. Jangan tambah gue makin gak enak," ia sedikit memaksa, karena hatinya merasa bersalah. Ia kembali menyodorkan ponselnya. "Cepet ketik nomornya, gue udah telat masuk sekolah ini."

Dengan cepat, cowok itu mengetikkan nomor ponselnya, lalu ia kembalikan pada Mozaya.

Senyumnya mengembang, "Sekali lagi, minta maaf. Gue duluan."

Tanpa menunggu jawaban, Mozaya langsung masuk ke dalam mobil, segera melajukan mobilnya dengan kencang.

Tin tin!

Gerbang sekolah sebentar lagi akan tutup. Keberuntungan masih berpihak pada Mozaya kali ini, satpan sekolah masih membuka gerbang untuk Mozaya.

"Makasih, Pak!"

Setelah memarkirkan mobilnya, ia berlari masuk ke dalam sekolah. Terlihat sesosok manusia yang Mozaya kenal.

"Mozaya Quensia!"

Langkahnya berhenti, Anesa menghampiri Mozaya. "Hehehe... Bu Anesa, cantik. Ada apa ya, Bu?"

Anesa pun melirik kearah jam tangannya. "Terlambat dua puluh menit," gumamnya.

Ia menatap Mozaya dengan tajam. "Berdiri di tengah lapangan, sampai jam kedua selesai. Sekarang!"

Senyum Mozaya merekah. "Terimakasih, Bu. Akhirnya saya terbebas dari siksaan matematika," ucapnya, sungguh ia terharu.

"Cepat laksanakan!"

"Siap, Bu! Laksanakan!" Ucapnya dengan tegas. Ia sedikit berlari menuju tengah lapangan.

"Gosong, ya gosong dah kulit gue. Yang penting, tidak menghitung matematika," gumamnya

Hari ini penuh kesialan bagi Mozaya, tapi tetap masih ada beruntungnya.

"Moza!"

Teriak Kyla dari tepi lapangan, saat melihat Mozaya yang berdiri sendiri di tengah lapangan dengan panas yang begitu terik.

"Telat lo?!"

"Biasa lah! Anesa yang cantik jelita!" Teriak Mozaya yang tidak kalah kerasnya.

"Moza!" Bukan, Kyla. Tapi, Anesa yang sudah melotot ke arah Mozaya dari tepi lapangan bersebrangan dengan Kyla. "Kamu, menghina saya?!"

"Eh, gak ada! Tadi, saya puji Ibu!"

"Heh, kamu!" Anesa kembali berteriak, menunjuk Kyla.

"Hah? Saya, Bu?!" Tanya Kyla dari seberang lapangan.

MOZZERLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang