MZ 14. Luka

55 3 0
                                    

Hal apa yang membuat kamu ingin menangis?


=MOZZERLAN=

MZ 14. Luka

=

Mood Mozaya semakin membaik, bahkan sepanjang jalan ia terus berceloteh tentang apapun pada Zerlan. Hingga Zerlan pun bingung ingin merespon bagaimana, tapi tetap membalasnya. Tidak terasa, mereka sampai di depan rumah Mozaya.

"Ayo masuk."

Setelah Zerlan memarkirkan motornya, ia mengikuti langkah Mozaya masuk ke dalam rumah.

Jennah menyambut dengan hangat, "Zerlan, mari duduk. Tante mau buat minum dulu."

Zerlan hanya mengangguk, dan duduk di sofa ruang tamu. Jennah melangkah ke dapur. Mozaya pun tidak ikut duduk, ia pamit.

"Gue ke kamar Rey dulu." Mozaya langsung menuju kamar Reyyand, setelah mendapat anggukan dari Zerlan.

Langkah Mozaya terus menuntun hingga sampai di depan kamar Reyyand, ia menetuk pintu dua kali. Tapi tidak ada balasan dari dalam

Dengan berani, Mozaya membuka pintu kamarnya perlahan. Nampak Reyyand yang terngah menyandarkan kepalanya diatas meja belajar dengan buku yang terbuka. Mozaya pun mendekat ke arah Reyyand.

"Jangan hukum aku, Dad."

Seketika langkah Mozaya berhenti, saat mendengar kalimat bergumam dari Reyyand.

"Aku janji bakal gak belajar lagi soal komputer, dan terus belajar tentang kedokteran seperti yang Daddy mau." Reyyand bergumam kembali, dengan sedikit tidak jelas. Tapi Mozaya memahami.

Matanya melirik ke arah buku yang dibaca oleh Reyyand, yang ternyata hal tentang seputar komputer, bukan membaca tentang kedokteran yang Genta mau.

Mozaya ingin membangunkan Reyyand, tidak tega. Ingin tidak membangunkannya pun merasa kasihan, hingga sampai terbawa mimpi seperti itu.

"Lo ada masalah apa?" Tanyanya pelan.

Jelas, Reyyand tetap tidak bangun dari tidurnya. Mozaya memilih keluar dari kamarnya, lalu kembali menemui Zerlan di ruang tamu.

"Mana Reyyand?" Tanya Zerlan, saat sadar akan kedatangan Mozaya.

"Tidur."

Zerlan mengangguk, "Saya langsung pulang, udah sore juga."

"Gak sekalian makan malam disini aja?" Tawarnya.

"Gak perlu, terimakasih."

"Oke, makasih udah anter gue," ucapnya, karena Mozaya pun tidak bisa memaksa kehendak orang.

Drrttt...

Panggilan masuk dari ponsel Zerlan,

"Bang, ada dimana? Tumben pulang kuliahnya sampe sore banget? Main dulu? Kenapa gak bilang? Mama nyariin."

Pertanyaan yang teruntun dari Sang Adik, membuat Zerlan tidak ada celah untuk menjawab.

"Bentar lagi pulang."

Tut...

Saat mereka tengah berdiri dari duduknya, Jennah menghampiri. "Eh, kalian mau kemana?"

"Saya pulang dulu, Tan," pamitnya.

"Lho, Tante kira nunggu makan malam disini, padahal Tante udah masak banyak," nampak raut wajah kecewa dari Jennah.

"Daritadi juga aku udah nawarin, Mom. Tapi tetep gak mau." Timpal Mozaya.

MOZZERLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang