MZ 21. Terbongkar

127 4 4
                                    

Lebih baik berbohong untuk kebaikan, atau kejujuran yang membuatnya sakit?


=MOZZERLAN=

MZ 21. Terbongkar

=

Hari, sudah berganti malam. Mozaya masih setia menemani Reyyand di ruangannya, juga sudah mengganti seragamnya. Jennah pamit terlebih dahulu, sebab Mozaya yang menyuruhnya untuk istirahat dirumah. Biarkan Mozaya yang menjaga Reyyand semalaman disini sendiri.

Mata Mozaya seakan bisa diajak kompromi, ia bahkan tidak mengantuk sama sekali, masih memandang Reyyand dengan tangannya yang digenggam erat oleh Mozaya.

Reyyand menerjapkan matanya berkali-kali, kepalanya terasa sangat pusing. Lalu matanya menagkap sosok Mozaya yang berada di samping kanannya, tidak sengaja melirik luka di tangan Mozaya.

"Kak?"

Sontak Mozaya langsung sigap, dengan deretan pertanyaan. "Kenapa? Ada yang sakit? Mau apa? Biar Kakak yang ambil."

"Kakak gapapa?"

"Kepalanya masih sakit?" Mozaya bertanya kembali, mengabaikan pertanyaan Reyyand. Sembari tangan kanan Mozaya bergerak untuk mengusap pelan kepala Reyyand yang berbalut perban.

Kepala Reyyand menggeleng sebagai jawaban, wajahnya menunjukkan rasa bersalah pada Mozaya. "Tangan Kakak luka. Maaf, Kak..."

"Bagian mana lagi yang luka, Kak? Udah diobati? Kakak jangan sakit, cukup aku aja." Kini giliran Reyyand yang terus bertanya, walau dengan suara yang terdengar masih lemah.

"Gapapa, cuma luka kecil doang," elaknya. "Tidur lagi, biar cepat pulang."

Mendengar ucapan dari Mozaya, seketika Reyyand sedikit menggeser tubuhnya, memberikan sedikit ruang. Dahi Mozaya berkerut heran.

Reyyand menepuk pelan celah brankar yang ia buat. "Tidur sama Kakak, sini."

Katakan, bahwa Reyyand kembali pada masa anak-anak lagi. Sifat manjanya kali ini lebih ditunjukkan, Mozaya juga baru melihat itu dari Reyyand selama ini.

"Gak usah. Cepet tidur."

Senyum Reyyand luntur. "Padahal aku cuma mau tidur bareng Kakak, dan aku gak mau liat Kakak tidur sambil duduk," gumamnya sangat pelan, namun Mozaya dapat mendengarnya.

Mozaya menghela napasnya pelan, lalu berdiri. "Minggir." Reyyand langsung tersenyum lebar, lalu sedikit menggeser tubuhnya lagi.

Badan Mozaya menjadi miring kanan menghadap Reyyand, karena takut Reyyand kesempitan. Mata Reyyand menatap Mozaya lekat, sembari bibirnya yang masih mengukir senyum.

Melihat Reyyand yang seperti itu, membuat Mozaya geram. "Tidur, atau gue turun?" Ancamnya, Reyyand langaung memejamkan mata, tanpa menghilangkan senyumnya.

Tangan Mozaya membelai lembut rambut Reyyand yang sebagian ditutupi perban.

Cup!

Mozaya mencium sekilas dahi Reyyand, lalu ikut memejamkan matanya. Ternyata kantuknya sudah tidak bisa di tahan, hari ini terlalu lelah.

=MOZZERLAN=

Disisi lain, Jennah juga menemani Genta. Air matanya terus mengalir mengingat penyakit Genta yang semakin parah. Juga mengingat perkataan dokter yang mendiagnosis penyakit jantung Genta, bukan hanya merokok atau pola makan, tapi juga keturunan.

MOZZERLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang