MZ 7. Keras Kelapa

106 7 3
                                    

Aku selalu tersenyum saat mengingat interaksi terakhir kita yang mengesankan.

=MOZZERLAN=

MZ 07. Keras Kelapa

=

Senyum penuh arti terukir dibibirnya. Menatap Gadis yang tertidur di sampingnya, Lelaki itu pun menaruh kembali ponsel Si Gadis. Tidak lupa menghapus pesan-pesannya, juga mematikan ponsel tersebut.

Matanya, menatap lekat Gadis yang tengah mabuk berat, hingga tertidur itu.

"Jujur, gue bener-bener tertarik sama lo waktu awal pertama ketemu di club. Dengan sikap cuek lo yang bikin gue tertantang buat deketin lo," tangannya terulur untuk menyalipkan anak rambut yang menutupi wajah Gadis itu.

"Gak ada yang gak mungkin bagi gue, sekali pun harus ngerusak lo, Moza." Ia tersenyum nakal, lalu kembali pudar. "Sebenernya gue masih waras, gak mau ngambil perawan lo sekarang. Tapi, gue juga gak yakin lo masih perawan."

Diakhir kalimat, terdengar kekehan mengejek dari Sang Lelaki. Setelah itu, ia melajukan mobilnya dengan membawa Sang Gadis pergi entah kemana.

=MOZZERLAN=

Di pagi hari libur ini, nampak Mozaya yang masih setia menggulung selimut di atas ranjangnya. Hingga beberapa saat, Mozaya menggeliat tidak nyaman saat sinar matahari menyelinap masuk ke dalam kamarnya.

Mata Mozaya menerjap perlahan, tangannya memegangi kepala yang terasa sakit. Ia mencoba duduk, lalu bersandar pada kepala ranjang. Saat matanya sudah terbuka sempurna, Mozaya mengingat kembali kejadian tadi malam.

Tangannya meraih ponsel di atas nakas, Mozaya melihat jam yang ternyata menunjukan bahwa hari sudah siang.

Mozaya melangkah keluar kamar untuk mencari Jennah. Terlihat Jennah yang tengah sibuk memasak di dapur.

"Mom?"

"Udah bangun, Sayang?" Jennah menyapa seperti biasanya. "Ayo duduk, masakannya bentar lagi matang."

Mozaya pun duduk di meja makan, sembari memperhatikan Jennah yang kembali menyibukan diri dengan masakannya.

"Mom, semalam-"

"Semalam kamu mabuk?" Jennah menatap Mozaya.

"Terus, aku?" Wajahnya nampak bingung dengan penuh tanda tanya.

"Sandre yang mengantar kamu."

"Sandre?" Mozaya masih berusaha untuk mengingat kejadian semalam. "Terus dia bilang apa?"

"Katanya, kamu mabuk terus mau di bawa cowok. Untungnya Sandre datang dan mengantar kamu sampai rumah."

Sebentar. Jelas bukan seperti yang Sandre katakan. Seingat Mozaya, Sandre lah yang membawanya secara paksa, hingga ia tidak mengingat kejadian setelahnya.

"Daddy gak tau soal ini," lanjut Jennah, yang melihat Mozaya melamun.

"Tapi, Mom-"

Mata Jennah menatap Mozaya dengan lekat. "Daddy udah sering bilang, berhenti minum-minuman dan rokok. Bahaya buat kesehatan kamu."

Kepala Mozaya menunduk, tidak berani menatap mata Jennah. "Aku gak janji," gumamnya.

"Mommy mau panggil Rey sama Daddy sebentar, setelah itu kita makan siang bersama," pamitnya, sembari melepas apron yang melekat ditubuhnya.

MOZZERLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang