MZ 16. Kabar Zerlan

66 3 0
                                    

Jangan sampai kita menyesal, karena saling mengabaikan.


=MOZZERLAN=

MZ 16. Kabar Zerlan

=

Di dalam toilet, Mozaya terus menggerutu. Ia berdiri di depan wastafel, berusaha membersihkan noda susu kotak dari seragamnya.

"Sial banget gue hari ini, udah ketemu orang gila yang gak mau gue liat mukanya. Ini lagi?" Mozaya menatap sseragamnya yang sudah setengah basah.

Huek!

Huek!

Seorang siswi masuk ke dalam salah satu bilik toilet dengan tergesa, juga terdengar suara ingin muntah.

Sekilas, Mozaya melihat siswi yang baru saja lewat dari kaca wastafel yang lumayan besar itu.

Dahinya berkerut, "Kyla?"

Kepalan Mozaya menggeleng cepat, ia berusaha untuk menepis semua pikiran buruk yang bersarang diotaknya.

Ting!

Tanda pesan masuk pada ponsel Mozaya, ia segera membacanya.

Reyyand:
Maaf Kak, pulang sekolah nanti aku gak bisa antar Kakak

Mozaya:
Kenapa?

Reyyand:
Mau antar Zheva, Abangnya masuk rumah sakit

Mozaya:
Yaudah, gue bisa naik taksi sendiri

Ceklek!

Mozaya menoleh saat salah satu bilik toilet terbuka, terlihat Kyla yang baru saja keluar, pandangan mereka bertemu sesaat, lalu kembali seperti orang asing.

Dua orang yang pernah sedekat perangko, tapi mulai sekarang harus membiasakan diri dengan saling tidak peduli.

Tidak mempedulikan jika mereka saling diam. Kyla berdiri di depan wastafel, tepat samping Mozaya.

"Sekarang gue belajar, ternyata orang terdekat pun bisa jadi bangsat." Mozaya terkekeh diakhir kalimatnya. Kyla tidak ingin merespon mau pun melirik ke arah Mozaya.

Seorang siswi masuk ke dalam toilet, "Moza, lo dipanggil ke ruang BK," ucap siswi.

Tanpa disuruh dua kali, Mozaya segera menyusul siswi tersebut keluar dari area toilet menuju yang diperintahkan.

Mata Kyla nampak memperhatikan Mozaya yang beru saja keluar. "Hal apapun itu, gue lakuin buat orang yang paling gue cinta. Apalagi ada calon buah hati gue dan Bang Sen di sini," gumam Kyla, sembari mengusap perutnya yang masih rata.

HUEK!

Sedangkan, suasana tegang dan mencekam nampak begitu lekat di dalam ruang BK ini. Terlihat ada Debby dengan plester di pelipisnya, juga Mesya yang bersebelahan, karena mereka bertiga terlibat dalam masalah ini.

"Kalian punya masalah apa? Kan bisa dibicarakan baik-baik tanpa menyakiti fisik," tanya Brondan, sebagai guru kesiswaan.

Ketiganya nampak tidak bersuara, hanya mata yang saling mendelik sengit.

Brondan menghela napasnya. "Baik, kali ini Bapak hanya memberikan peringatan. Kalau kalian mengulangi hal yang sama, akan ada kosekuensi yang harus kalian terima."

"Baik, Pak," seru ketiga kompak.

"Sekarang, kalian saling meminta maaf."

Mereka kambali saling tatap, Debby langsung membuang mukanya. Mozaya hanya menatap datar, sedangkan Mesya terus mendelik sengit ke arah Mozaya.

MOZZERLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang