Halo, kawan-kawan. Aku kembali sesuai komando 🙋♀️
Nikmatilah chapter yang, ehmm.... nyantai-di-awal-tapi-greget-di-akhir-ini.
-oOo-
TEMPAT itu tidak bisa disebut restoran penginapan, setidaknya itu yang mereka pikir ketika menginjakkan kaki melewati ambang ruangan yang hampir runtuh. Kekacauan masif layaknya lambung kapal pecah; meja-meja dan kursi jungkir balik, konter dapur meledak, serbet dan peralatan makan berceceran―segalanya diselimuti debu, jaring laba-laba kusam, dan kecoak yang merayap.
River dan kawan-kawan menyulap tempat itu menjadi ruangan makan yang layak; sebenarnya yang mereka lakukan hanya mengembalikan satu meja ke posisi asal, lalu melemparkan daging buruan yang telah dipotong-potong di atasnya. Gareth meningkahi gema keteraturan itu dengan berpura-pura menjadi juru masak, yang menyajikan sebongkah demi sebongkah daging ke setiap piring. Semua kawannya duduk mengelilingi meja, bersikap kaku dan kelewat hati-hati untuk tidak merusak momen makan malam dari budaya peradaban ratusan tahun silam.
Isaac merentangkan serbet dan menghamparkannya di atas pangkuan, sementara Gareth menyelipkan serbet ke kerah pakaian. Dia melirik Juan yang bersikap melongo dan tidak melakukan apa-apa, lalu bermurah hati memakaikan serbetnya. Tumpahlah saat-saat itu ke acara makan malam yang canggung.
"Kita kurang musik," komentar Gareth saat mengiris daging di piringnya dengan kelembutan canggung dan hati-hati. Membuat River tidak tahan menjejalkan sebongkah daging itu ke dalam mulut Gareth. "Don't Get Around punya Duke Ellington atau Lean on Me punyanya Bill Withers akan cocok untuk suasana seperti ini," Gareth menambahkan dengan cukup tenang.
"Ini konyol," kata River, lagi-lagi bertingkah cemberut atas ide makan malam berkelas. "Pisau dan garpu? Kau meledek cara makan kita?" Matanya melirik sinis pada gelas wine berisi cairan merah―kawan-kawannya pasti menyuruh membayangkan darah itu sebagai celupan saus tomat.
"Berlagaklah sedikit, Sayang." Isaac mengedipkan satu mata.
"Ini mengingatkanku dengan dunia lama."
"Kau benar," Isaac menjentikkan jari sambil berdecak. "Dunia lama, oh. Sudah satu juta perjalanan cahaya kita tak melihatnya lagi. Kadang-kadang aku rindu dengan makan malam romantis bersama Emily."
"Siapa Emily?"
"Chihuahua peliharaanku," kata Isaac sambil melotot, lalu, "Tentu saja pacarku!"
"Yah, kita semua punya cerita lama. Dunia lama. Kau dengan mantan pacarmu yang saat ini sudah remuk menjadi abu dan teroksidasi dengan udara yang kauhirup," komentar River, kemudian dia menangkap ekspresi mendengarkan Gareth dan melemparkan kalimat baru, "Dunia kita yang sekarang sudah cukup mengerikan, dan kalian menambah kengerian ini dengan mengajakku bernostalgia mengingat masa lalu. Sungguh ironis. Kita tidak bisa memutar waktu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐈𝐎𝐍𝐄𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐)
FantasyBACA SEASON 1 DULU YANG BERJUDUL THE LEFTOVERS ⭐ Follow sebelum membaca ⭐ -oOo- Semenjak rombongan monster Kureiji menyingkir dari wilayah perkotaan, mereka menemukan satu masalah baru yang harus ditangani. Tak mau masalah ini larut dalam kekacauan...