9. A Piece of Lies from the Red Viper

279 83 15
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

SUARA klik dari geretan yang dinyalakan menggema di lorong penginapan yang sunyi.

Nathan mendekatkan ujung rokok yang terselip di bibirnya ke mulut geretan yang berkobar, kemudian menjauhkannya dari tangkupan jemari. Dia mengisapnya dalam satu tarikan yang panjang dan melepaskan asap ke langit-langit yang tinggi.

"Sejauh mana kau mengenal Heaven?"

Claude tahu-tahu datang dari lorong di belakangnya, sendirian dan santai. Nathan menarik napas dan membiarkan asap memenuhi paru-parunya, menanggalkan udara panas di sekitar dirinya yang berdiri di pinggir undakan tangga berdebu. Nama Heaven melayang-layang lagi di batas ingatannya. Heaven, Heaven, Heaven.

"Heaven Heartsong. Semua orang di Forbs tidak mungkin tidak mengetahui nama itu. Kami tidak saling mengenal, tapi aku tahu dia," balas Nathan tanpa repot-repot menatap Claude yang berdiri di sampingnya. Mereka berdua menghadap lantai bawah penginapan yang gelap, kosong, dan berbau seperti tumpukan tahi tikus dan batang pohon yang mengering.

"Kudengar semasa masih menjadi prajurit, kau memang mengikuti gosip," Claude menaikkan satu alisnya, hampir menahan tawa meledek. "Aku sudah menduganya kalau kau pasti tahu sesuatu tentang wanita ini."

"Dia memang tidak kelihatan kooperatif, tapi kau bisa percaya kemampuannya."

"Semua sersan layak dipercaya kemampuannya, tapi tidak dengan loyalitas."

Nathan menatap Claude. Orang ini pasti sedang menyindir dirinya. "Kau membunuh Heaven?"

"Aku tidak membunuhnya," kata Claude yang menyelipkan jemarinya ke wadah rokok yang penyok. Dia menarik sebatang dari sana dan mendekatkan ujung rokoknya pada Nathan, minta disulut api. "Aku membiarkan Heaven pergi."

Nathan menjauhkan mulut geretan dari Claude, mengernyitkan kening. "Kalau kau mencurigainya, kenapa kau membiarkannya pergi?"

"Aku hanya tahu dia tidak akan mau bersama kita."

"Akan lebih berbahaya kalau kita melepasnya begitu saja," kata Nathan, yang mengetukkan jari-jarinya yang panjang di birai tangga. Gagasan tentang melepaskan Heaven terdengar tidak menyenangkan di telinganya. "Claude, dia bisa saja bertemu kelompoknya di jalan dan mengatakan kepada mereka apa yang dia tahu tentang kita. Sudah sejauh mana kau memberitahukan soal kita padanya?"

"Dia hampir tidak tahu apa-apa kecuali fakta bahwa kami pernah tinggal di penginapan Rowansky di tengah hutan," kata Claude, lalu ekspresinya mengeras jengkel. "Itu bukan aku yang memberitahunya. Dia menebaknya sendiri, karena teringat dengan kasus pembelotanmu dulu. Dan―yang paling buruk dari semua itu―Heaven benar-benar membenciku, Nath. Maksudku, Heaven bilang dia ingin membunuh bajingan pemilik penginapan yang pertama kali menyebarkan serum perubahan itu. Kurasa kita tidak akan bertahan lama kalau bersamanya. Cepat atau lambat, dia akan tahu siapa aku sebenarnya."

𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐈𝐎𝐍𝐄𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang