-oOo-
SUARA lirih dalam kepala Juan yang bertugas menjaganya tetap hidup berteriak; "Lari!"
Maka dia pun berlari bersama gerombolan teman abangnya yang mengikuti di belakang. Jauh beberapa puluh meter di depan sana, terbentang garis pepohonan hutan yang terselimut perak rembulan. Lambaian dedaunan dan semak-semak itu bagai memanggil mereka dari kedalaman bumi yang gelap dan tak tersentuh. Juan merasakan desakan kepanikan itu menggedor seluruh sarafnya, meledakkan adrenalin yang membuat kakinya berlari jauh lebih cepat dari yang lain. Dia mendengar suara dor-dor-dor familier dari senjata yang ditembakkan.
"LARI TERUS!"
Isaac mengomando dari barisan belakang, disusul beberapa detik kemudian, raungan liar makhluk buas merobek keheningan malam.
Itu adalah jeritan monster yang bertransformasi.
Walaupun Juan tak melihatnya karena sibuk berlari, akan tetapi dia bisa membayangkan semua orang―abangnya, termasuk teman-teman lainnya―mulai berubah wujud. Diiringi suara gemeretak dari sesuatu yang patah dan berdenyar, otot-otot pada lengan mereka pasti sedang berasap dan menggelembung tak wajar, sementara setiap ruas pada tulang-tulang kaki secara ajaib menebal dan memanjang bagai tungkai raksasa. Keganasan yang bersemayam dalam benak mereka berubah sebuas makhluk primitif. Cakar-cakar itu tumbuh dalam kengerian yang menyerupai mimpi buruk, menodai rasa aman yang disimpan Juan sebelum ini, membuat pemuda itu gemetaran hebat dan nyaris tersandung-sandung saking takutnya.
Juan merasakan tanah di bawah kakinya berkerut, berdentum-dentum seperti dihunjam bobot beberapa kali lipat, sementara udara di sekelilingnya pekat oleh asap panas dan bau bacin memualkan seperti susu yang terperangkap dalam proses pembusukan.
Monster-monster itu nyata. Dia bisa mati saat ini juga!
Namun sebelum pemikiran berbahaya itu menguasainya, seseorang menyambar perutnya seperti capit raksasa. Kaki Juan tersentak dan terangkat dari tanah hanya beberapa detik setelah dia sadar bahwa tubuhnya digotong dan dibawa lari oleh sesosok makhluk buas.
Juan berpaling ke sisi kiri, melihat paras wajah yang dikenalnya―River―memandang satu titik kehampaan hutan di depannya dengan ekspresi ketegangan yang meradang. Dua iris matanya sewarna padi yang menguning, berkilat-kilat seperti ditumpahi minyak mentah, sementara mulutnya dipenuhi barisan gigi berkilauan, seperti singa di padang rumput, serigala dalam bayang-bayang pepohonan yang larut dalam kegelapan; sementara Juan bagai seekor burung camar lemah yang dibawa pergi dalam kungkungan lengan River, terantuk-antuk didera medan pelarian yang tak mulus.
Juan terengah-engah, membeku antara lega dan takut. Tatapannya terangkat pada abangnya; "River...."
"Larimu terlalu lambat," suara abangnya berupa geraman mengerikan yang membasuh kesunyian hutan.
Juan menoleh ke balik bahunya. Dia melihat para monster yang mengejar mereka berlari seperti makhluk yang dikuasai kesintingan. Ada satu, dua, dan ... tiga yang tersisa! Rupanya perhatiannya tadi sempat diredam lonjakan adrenalin sehingga Juan tak memperhatikan siapa saja yang sedang mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐈𝐎𝐍𝐄𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐)
FantasiaBACA SEASON 1 DULU YANG BERJUDUL THE LEFTOVERS ⭐ Follow sebelum membaca ⭐ -oOo- Semenjak rombongan monster Kureiji menyingkir dari wilayah perkotaan, mereka menemukan satu masalah baru yang harus ditangani. Tak mau masalah ini larut dalam kekacauan...