Minal aidzin wal faidzin. Maaf atas keterlambatannya, tapi... chapter 2800 kata ini worth it untuk penantian kalian 😃🤘
-oOo-
BILA ada kesempatan memutar waktu, Juan pasti memilih untuk tidak mengenal Wayne.
Bocah itu lebih keparat dari sosok mana pun yang selama ini pernah menerima tinjunya. Tidak diragukan lagi―watak angkuh Wayne membuat Juan muak, dan pengkhianatannya adalah suatu bentuk kekejian nyata yang tak termaafkan. Selain menyadari bahwa dia tak bisa begitu saja menerima alasan paling lembut dari sikap Wayne, Juan juga merasa takut. Jika semua yang dikatakan Wayne adalah benar, bahwa alasan mereka dikurung kemari adalah karena Janeth ingin berurusan dengan Claude, bisa jadi tujuan untuk menguasai dunia itu benar adanya. Lantas alasan macam apa yang melatarbelakangi Janeth melakukan hal seperti ini? Memangnya dia alien sinting dari film World War Z yang ingin memusnahkan seluruh manusia dan menjejalkan peradaban baru di bumi?
Pertanyaan Juan terpotong begitu saja karena mendadak terdengar dentuman keras dari seberang sel kurungannya. Pemuda itu menatap melalui celah jeruji yang hanya selebar telapak tangan. Di balik selnya, Gareth menggeram dalam wujud monster―wajahnya berlapis ungu, berkerut-merut oleh nadi keberingasan. Baru saja kepalanya sengaja dihantamkan ke jeruji, tetapi logam itu sama sekali bergeming. Tidak ada tanda-tanda sel ini dapat terbuka dengan mudah, pun selintang goresan saja nihil.
"Sudah kubilang, kan? Mereka bisa membaca apa yang kita lakukan. Besi itu tidak bisa dipatahkan dengan kemampuan kita," River membalas dari seberang sel Gareth. Kakinya ditekuk dan ditumpu satu lengan, sementara tangan kirinya menyugar rambut, mengekspos wajahnya yang coreng-moreng oleh debu dan darah kering.
Diselingi keputusasaan, Gareth mengendurkan kekuatan. Tubuhnya kembali menyusut ke wujud semula.
Pemuda itu lantas menatap dinding batu yang membisu di sekelilingnya. Tidak ada ventilasi apa pun. Mereka bahkan tidak tahu sudah berapa lama terkurung di tempat ini. Apakah baru beberapa jam atau sudah berlangsung berhari-hari?
"Ini aneh. Tidak hanya jerujinya. Bahkan dinding ini tidak retak walaupun sudah dipukul berkali-kali," Gareth bergumam dengan nada kebingungan.
"Tunggu, kawan," Isaac menyahut dari kegelapan. Dia duduk bersila di alas batu sambil menatap telapak tangannya sendiri yang berwarna pucat dan tergores-gores. "Bagaimana kalau bukan tempat ini yang sulit dihancurkan, melainkan tubuh kita sendiri yang melemah? Seperti sulit pulih dari keadaan semula."
Pertanyaan Isaac seketika membuat semua orang terdiam.
"Maksudmu sel-sel kita tidak bisa beregenerasi lagi?" Gareth menyahut dari kurungan di depannya.
"Bukan tidak bisa, tapi lebih sulit."
Kemudian Isaac merangkak lebih dekat ke jeruji dan memperhatikan River yang sedang duduk bersandar di dinding sel. Tatapannya membuat River risi. "Apa? Kenapa melihatku seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐈𝐎𝐍𝐄𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐)
FantasyBACA SEASON 1 DULU YANG BERJUDUL THE LEFTOVERS ⭐ Follow sebelum membaca ⭐ -oOo- Semenjak rombongan monster Kureiji menyingkir dari wilayah perkotaan, mereka menemukan satu masalah baru yang harus ditangani. Tak mau masalah ini larut dalam kekacauan...