27. Bad Idea

197 52 53
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

"SEMOGA kemenangan ada di pihakmu."

Suara Janeth tergelincir hilang bersamaan dengan bunyi gemerincing rantai yang terdengar. Mereka yang ada di arena sedang membuka gembok pada pintu besi, sementara ketujuh orang di dalam bilik sempit tersebut saling menatap dengan sorot gelisah.

"Kita harus bertarung melawan monster," bisik Isaac seraya menatap kawan-kawan yang berimpitan di sekitarnya dengan sikap waspada. Kurang dari satu menit, pintu di hadapannya akan dibuka, dan satu di antara mereka harus keluar menjadi petarung pilihan yang melawan monster. "Berengsek. Apakah perlakuan ini menjadi balasan Janeth karena kita tidak memberitahukan di mana Claude?"

"Kurasa begitu," sahut Gareth, menekankan belakang kepalanya pada pintu. "Tidak ada jalan keluar selain menghadapi monster di arena pertarungan. Kendati kita bisa bertarung, Janeth pasti menyimpan sejuta cara licik lain untuk menghukum pembangkang seperti kita."

"Biar aku yang bertarung," Juan tahu-tahu menyela kerumunan dan berdiri di hadapan pintu. River yang melihat keputusan sepihak itu langsung menarik kerah Juan, membentak di wajahnya; "Aku tidak akan membiarkanmu melawan monster itu!"

"Aku berkelahi lebih baik darimu, River," desis Juan, yang berusaha menyentak cengkeraman River pada kerahnya, tetapi dia terkejut dengan betapa kuat pegangan sang abang. Wajah River terlapisi rona merah padam, seolah-olah dia siap meledak menjadi serpihan yang membakar.

"Buka kepalamu, bocah," geram River di antara giginya. "Dunia ini berbeda dengan dunia lama tempat kau menjadi jagoan yang menghajar orang. Mereka adalah monster."

"Sekarang aku juga sama seperti kalian. Aku bisa bertarung dan mengalahkannya!"

"Juan," Isaac menarik pelan lengan Juan. "Jangan bertindak dungu di situasi begini. Kau baru saja mengalami tranformasi pertama, dan kekuatanmu belum stabil."

"Tapi―" Kata-kata Juan tertahan di tenggorokan. Isaac mengatakan hal benar. Tidak ada alasan yang kuat untuk membuatnya mengorbankan diri menjadi petarung pertama. Dia menatap wajah River yang bersemburat dengan tiga lapisan amarah, dan merasa jauh lebih jengkel karena untuk pertama kalinya, kekuatannya diremehkan. Sang abang menyentak kerah pakaiannya, dan Juan langsung melengos pergi ke sudut bilik. "Berengsek," desisnya pada diri sendiri.

"Biar aku yang maju," Isaac berkata.

"Tidak, biar aku!" Gareth menyela, dan ketika River ingin menawarkan diri juga, bunyi gemerincing logam mendadak saja hilang―seperti jatuh dan terkubur begitu saja di tanah. Pintu di hadapan mereka lantas berderak ke sisi samping yang saling berlawanan―bunyinya mengirimkan getaran menegangkan di udara, seakan mengguncang mereka dengan kengerian entitas monster yang menunggu di luar sana.

Isaac mendorong bahu Gareth dengan sentakan mantap dan kuat. "Aku segera kembali."

Kemudian pemuda itu keluar dari bilik, menuju dunia lain yang dibangun di luar kerangkeng; sebuah arena di ruangan tertutup yang tidak terlalu luas―barangkali ukurannya dua kali lipat ring tinju yang biasa dihamparkan di bar-bar bawah tanah ilegal. Tiang besi dan kawat dipugar mengellingi arena, sementara tribun penonton di baliknya dibuat melingkar dan berundak naik.

𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐈𝐎𝐍𝐄𝐄𝐑𝐒 (𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang